AstraZeneca Senin (23/11) pagi menyatakan bahwa uji klinis terhadap vaksin COVID-19-nya di Inggris dan Brasil telah menunjukkan bahwa vaksin itu “sangat efektif dalam mencegah COVID-19” tanpa “ada yang dirawat inap atau kasus sakit parah” di antara para sukarelawan uji tersebut.
Perusahaan farmasi berbasis di Inggris itu menguji coba dua vaksin. Satu vaksin memiliki keampuhan 90 persen, dan vaksin kedua memiliki keampuhan rata-rata 70 persen.
“Lebih banyak data akan terus terakumulasi, dan analisis tambahan akan dilakukan, menyempurnakan pengukuran keampuhannya dan menetapkan lamanya perlindungan,” sebut AstraZeneca dalam suatu pernyataan hari Senin.
“Temuan-temuan ini menunjukkan bahwa kami memiliki vaksin yang efektif yang akan menyelamatkan banyak nyawa,” kata Profesor Andrew Pollard, Ketua Tim Peneliti Uji Coba Vaksin Oxford di Oxford dalam suatu pernyataan.
AstraZeneca menyatakan “akan meminta Daftar Penggunaan Darurat dari Organisasi Kesehatan Dunia untuk jalur dipercepat bagi ketersediaan vaksin itu di negara-negara berpenghasilan rendah. Secara bersamaan, analisis penuh terhadap hasil sementara diserahkan untuk diterbitkan di jurnal telaahan sejawat.”
Perusahaan farmasi Pfizer dan Moderna juga telah mengumumkan hasil awal dari uji tahap akhirnya yang memperlihatkan vaksin mereka hampir 95 persen efektivitasnya.
Pada hari Minggu, berbagai negara mulai menyusun rencana mendistribusikan vaksin COVID-19. Jerman dan AS bersiap-siap memvaksinasi sebagian populasi mereka sedini bulan depan.
Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn mengatakan kepada wartawan hari Minggu (22/11) bahwa ada “alasan untuk optimistis” satu vaksin akan disetujui penggunaannya di Eropa sebelum akhir tahun ini, dan bahwa setelah persetujuan itu, vaksinasi dapat dimulai “segera.”
AS telah menetapkan rencana pendahuluan untuk memulai vaksinasi terhadap beberapa kelompok sedini 12 Desember, dua hari setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) dijadwalkan meninjau vaksin Pfizer.
Di AS, para pekerja layanan kesehatan, yang sangat terpukul oleh COVID-19, akan termasuk di antara yang pertama-tama menerima vaksin.
Pada KTT G-20 akhir pekan lalu, 20 pemimpin negara terkaya di dunia bertekad bekerja sama guna memastikan vaksin COVID-19 akan tersedia bagi populasi paling miskin dan rentan.
Para petugas medis dan pejabat kesehatan masyarakat AS meminta warga Amerika agar tetap tinggal di rumah dalam merayakan Hari Bersyukur atau Thanksgiving, liburan ketika banyak warga Amerika bepergian untuk bertemu keluarga dan sahabat mereka. Warga Amerika telah diperingatkan bahwa tes negatif COVID-19 tidak membuat mereka terbebas dari penularan virus, karena virus itu bisa saja diperoleh sewaktu mereka dalam perjalanan ke tujuan mereka. Para pakar kesehatan juga menyatakan tes COVID-19 tidak 100 persen dapat diandalkan.
Foto-foto yang menunjukkan bandara-bandara AS yang ramai telah dimuat di media sosial.
Kantor berita Associated Press melaporkan China telah memberlakukan lockdown baru terhadap tiga kota, Shanghai, Tianjin dan Manzhouli, di mana sejumlah kasus COVID-19 muncul kembali.
Gubernur California Gavin Newsom dan keluarganya mengarantina diri setelah tiga anaknya terpapar seorang polisi Patroli Jalan Raya yang dites positif COVID-19.
Lebih dari 58 juta orang di seluruh dunia telah terjangkit virus corona, sebut Johns Hopkins Resource Center hari Minggu (22/11).
AS terus berada di posisi teratas di dunia dengan jumlah kasus melampaui 12 juta, disusul India dengan 9 juta dan Brasil 6 juta.
Virus ini telah menewaskan lebih dari 1,3 juta orang. Lebih dari seperempat jumlah kematian tersebut terjadi di AS. [uh/ab]