Berbagai laporan bahwa China sedang membangun tembok di perbatasannya dengan Vietnam guna menahan warganya tetap di dalam negeri menyoroti kesulitan ekonomi China serta perasaan frustrasi di kedua negara terkait penyelundupan yang merajalela, kata para analis.
Pihak berwenang di China Barat Daya sedang membangun tembok setinggi dua meter di perbatasan sepanjang 1.300 meter, sebut Radio Free Asia pada Oktober lalu, mengacu pada berbagai laporan media sosial China dan sejumlah individu yang tinggal di dekatnya.
“Alasan paling logis adalah China ingin mengontrol,” kata Profesor Alexander Vuving dari Daniel K. Inouye Asia-Pacific Center for Security Studies di Hawaii. “Tembok itu akan menjadi perangkat yang sempurna untuk mengontrol arus orang, barang, apapun yang melintasi perbatasan,” lanjutnya.
China ingin menahan kepergian orang-orang yang menganggur dan mencari pasar kerja baru, kata para pakar. Kemunduran ekonomi karena berbagai penutupan terkait Covid-19 di seluruh dunia telah melemahkan permintaan bagi ekspor barang-barang manufaktur yang penting bagi China, sehingga menekan lapangan pekerjaan di pabrik-pabrik.
Tingkat pengangguran nasional naik menjadi 6 persen pada semester pertama 2020.
Para pekerja China memprotes penundaan dan pemotongan upah karena perusahaan mereka mengurangi produksi atau tutup, sebut kelompok advokasi berbasis di Hong Kong, China Labour Bulletin.
Pemerintah Beijing tidak senang pada warganya yang pergi tanpa izin, terutama jika mereka membawa uang keluar negeri.
Tayangan video yang diposting di media sosial China pada akhir Oktober lalu tampaknya untuk menunjukkan sekitar 1.000 pekerja migran China berkumpul di China Barat Daya, di dekat pos perbatasan dengan Vietnam.
Di Vietnam, sekitar 900 ribu orang menganggur per 30 Juni lalu dan 18 juta lainnya setengah menganggur, sebut Biro Statistik negara itu. Terlepas dari angka-angka yang merupakan rekor itu, berbagai pabrik dengan investor China mencari tenaga kerja dari China yang terbiasa dengan praktik-praktik bisnis di negara asal mereka itu.
Para investor sendiri memilih Vietnam untuk menghindari pembayaran tarif terhadap barang-barang yang diekspor langsung dari China ke AS, akibat sengketa perdagangan China-AS selama tiga tahun ini, kata Nguyen Thanh Trung, direktur Pusat Kajian Internasional di University of Social Sciences and Humanities di Ho Chi Minh City.
“Perang dagang antara China dan AS, itulah alasan mengapa begitu banyak perusahaan China datang ke Vietnam untuk menghindari tarif China, dan itulah alasan mereka membutuhkan tenaga kerja China,” ujar Nguyen. [uh/ab]