Para relawan Indonesia Bhadra Utama (IBU) Foundation mengedukasi anak-anak di sejumlah lokasi pengungsian korban gempa Kabupaten Majene dan Mamuju, di Sulawesi Barat tentang protokol kesehatan. Kegiatan itu untuk mencegah penyebaran virus corona di pengungsian, terutama kepada anak-anak.
Mereka menyampaikan kampanye memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan atau protokol 3M dengan kegiatan yang menyenangkan, seperti bernyanyi.
“Kami juga mengedukasi bagaimana cara penggunaan masker, bagaimana untuk membuangnya, mana saja yang boleh atau tidak boleh dipegang dibagian masker seperti itu,” jelas Angga M Ridwan dari IBU Foundation kepada VOA di Stadion Manakarra, Mamuju, Minggu (31/1/2021).
Angga mengatakan anak-anak yang di lokasi pengungsian lebih berisiko terpapar COVID-19 dan penyakit-penyakit lainnya karena sarana sanitasi yang terbatas dan kekebalan imun yang menurun karena kondisi stres pasca gempa.
Musdalifah, salah satu anak di pengungsian, mengatakan dia selalu berupaya untuk mengikuti anjuran protokol kesehatan selama tinggal di lokasi pengungsian. Dia cukup terbantu dengan pembagian masker oleh para relawan dan petugas kesehatan.
“Iya, jaga jarak, pakai masker. Dapat dari pembagian," kata Musdalifah, yang berusia 12 tahun, di Shelter Terintegrasi Kementerian Sosial RI di Stadion Manakarra, Mamuju.
Keterbatasan pasokan air bersih, misalnya, menjadi masalah besar bagi para pengungsi anak untuk menjaga kebersihan.
Ersa, 10 Tahun, yang juga tinggal di pengungsian Stadion Manakarra, mengatakan dia rata-rata hanya mandi satu kali dalam sehari karena sulit mendapatkan air bersih.
“Kesulitannya kalau mandi susah sekali karena air susah,” kata Ersa.
Dua Anak
Dokter Muhammad Ihwan, Kabid Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat mengatakan saat ini ada dua anak usia dua dan delapan tahun yang terpapar COVID-19 saat berada di pengungsian. Keduanya sedang menjalani isolasi mandiri bersama keluarganya.
“Ini (anak-anak) kenanya waktu di pengungsian, tapi setelah dia periksa dia kembali ke rumah," kata Muhammad Ihwan kepada VOA, Selasa (2/1/2021) malam.
“Kebetulan ibunya positif juga dan semua tanpa gejala” tambahnya, tanpa merinci lebih jauh lokasi pengungsian tersebut.
Pihaknya terus mengedukasi dan mengimbau warga termasuk anak-anak untuk tetap mematuhi protokol kesehatan selama berada di lokasi pengungsian untuk mencegah penularan virus corona.
Ihwan mengatakan untuk mencegah penyebaran COVID-19 di lokasi pengungsian pihaknya melakukan pemeriksaan dengan rapid antigen. Namun, kebanyakan para pengungsi enggan menjalani tes rapid antigen. Dia menduga warga yang enggan menjalani tes khawatir jika hasil pemeriksaan positif, mereka harus menjalani isolasi mandiri dan terpisah dengan anggota keluarganya.
Menurutnya, hingga 2 Februari 2021, jumlah kumulatif terkonfirmasi positif COVID-19 di Provinsi Sulawesi Barat tercatat ada 3.894. Dari jumlah itu 1.448 sedang menjalani isolasi mandiri dan 201 sedang dirawat di rumah sakit. Dari jumlah terkonfirmasi positif, 83 meninggak dan 2.162 pulih.
Pemulihan Trauma
Kegiatan kampanye 3M untuk mencegah virus corona, papar Angga, juga bagian dari kegiatan IBU Foundation untuk memulihkan kondisi psikologis anak-anak akibat gempa kuat di Kabupaten Majene dan Mamuju pada 15 Januari.
Anak-anak itu kini harus ikut mengungsi bersama orang tua mereka di tenda-tenda pengungsian. Selain itu, mereka juga rentan mengalami kekerasan seksual, fisik maupun verbal baik dari lingkungan luar ataupun keluarga terdekat.
Puluhan anak-anak terlihat antusias mengikuti berbagai permainan, seperti menggambar bebas dengan alat-alat gambar yang disediakan para relawan.
“Di sini kita (kami) mencoba membantu anak-anak untuk mengekspresikan apa yang menjadi keluhan, apa yang dirasakan yang tidak bisa dituangkan dalam kata-kata, karena pada dasarnya anak belum dapat mengekspresikan apa yang dia rasakan,” jelas Angga. [yl/ft]