Para pekerja kesehatan Taiwan menerima suntikan pertama vaksin AstraZeneca, Senin (22/3), hari pertama program vaksinasi massal COVID-19 yang kabarnya tidak akan menggunakan pasokan dari China meski distribusi vaksin tidak merata secara global.
Taiwan memiliki 117.000 dosis vaksin AstraZeneca, yang didistribusikan ke para petugas kesehatan di 57 rumah sakit.
Perdana Menteri Taiwan Su Tseng-chang memulai program vaksinasi itu dengan menerima suntikan pertamanya di National Taiwan University Hospital di ibu kota, Taipei.
“Setelah 30 menit istirahat, tidak ada tanda-tanda ketidaknyamanan, '' ujarnya. Waktu istirahat itu dibutuhkan untuk memantau kemungkinan munculnya reaksi yang tidak diinginkan.
Minggu lalu, belasan negara menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca setelah beberapa puluh orang di antara jutaan yang menerima vaksin itu mengalami penggumpalan darah. Badan Pengawas Obat Uni Eropa menyimpulkan, setelah melakukan evaluasi, mereka tidak dapat mengesampingkan hubungan sebab-akibat itu tetapi manfaat menggunakan vaksin tersebut lebih besar daripada kemungkinan risikonya.
Taiwan telah menandatangani kontrak untuk mendapatkan 10 juta dosis vaksin AstraZeneca, 5,05 juta dosis vaksin Moderna, dan 4,76 juta dosis vaksin melalui COVAX.
Saat ini, Taiwan telah mencatat 1.006 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi, sebagian besar dari pengunjung yang datang dari luar negeri. Taiwan telah menjadi salah satu tempat paling sukses di dunia dalam usaha menanggulangi pandemi, karena langkah-langkah pengawasan kesehatan masyarakat dan kontrol perbatasannya yang ketat.
Pulau ini berencana menggunakan pasokan awal sepenuhnya untuk menyuntik 117.000 orang. Pihak berwenang mengatakan, dosis pertama memiliki tingkat keefektifan 71 persen sedangkan dosis kedua yang diberikan delapan minggu kemudian, akan meningkatkan keefektifan itu menjadi 81 persen.
Taiwan belum mengumumkan kapan akan melangsungkan vaksinasi untuk masyarakat umum.
Negara-negara di berbagai penjuru dunia saat ini sedang berebut mendapatkan vaksin. Vaksin-vaksin yang ada kabarnya telah didistribusikan secara tidak merata dengan negara-negara kaya yang membeli sebagian besar dosis tersebut.
China berusaha mengatasi keadaan itu dengan menawarkan ratusan juta dosis vaksinnya sendiri ke negara-negara berkembang, tetapi Taiwan menahan diri untuk tidak membelinya.
Undang-undang Taiwan melarang impor vaksin buatan China untuk kebutuhan manusia. Menteri kesehatan pulau itu mengatakan, Februari lalu, tidak ada pertimbangan untuk mengubah undang-undang itu dan tidak ada ahli yang membuat rekomendasi khusus untuk vaksin buatan China. [ab/uh]