Paus Fransiskus memimpin Misa Minggu Palma (28/3) di Basilika Santo Petrus yang hampir kosong karena pembatasan virus corona untuk tahun kedua berturut-turut dan dia mendesak umat agar dekat dengan kaum papa dan orang-orang yang menderita.
Pada masa sebelum Covid, Minggu Palma, yang menandai dimulainya Pekan Suci menjelang Paskah, puluhan ribu orang memadati Lapangan Santo Petrus sambil memegang ranting-ranting zaitun dan daun-daun Palma yang dianyam dengan rumit dalam upacara di luar ruangan.
Dalam misa hari Minggu ini hanya sekitar 120 anggota umat yang berpartisipasi. Mereka bergabung dengan Paus dan sekitar 30 kardinal di bagian belakang basilika besar itu.
Minggu Palma memperingati hari ketika Injil mengatakan Yesus masuk ke Yerusalem dan dielu-elukan oleh warga, dan disalibkan lima hari kemudian.
Dalam homilinya dalam Misa yang disiarkan televisi dan dipancarkan ke seluruh dunia itu, Paus Fransiskus mendorong umat agar menjaga iman mereka tetap tumbuh supaya tidak tumpul karena kebiasaan dan membuat diri mereka dikasihi oleh Tuhan dan oleh kebaikan.
“Dengan rahmat keagungan, kita menyadari bahwa dalam menyambut orang-orang yang ditinggalkan dan terbuang, dalam mendekati mereka yang telah diperlakukan dengan buruk oleh kehidupan, berarti kita mencintai Yesus. Karena di situlah Dia berada: di bagian terkecil dari saudara dan saudari kita, ditolak dan dibuang,” ujar Paus.
Paus Fransiskus juga mengajak umat berdoa untuk para korban serangan bom di Indonesia.
“Mari kita berdoa bagi semua korban kekerasan, terutama mereka yang menjadi korban dalam serangan pagi ini di Indonesia, di depan Katedral Makassar. Semoga Bunda Maria yang selalu menjadi perantara pada jalan keimanan menolong kita.”
Misa-misa yang akan dipimpin oleh Paus Fransiskus selama Pekan Suci termasuk Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Suci, dan Minggu Paskah, yang semuanya juga akan diselenggarakan dengan jumlah umat terbatas. [lt/jm]
