Tautan-tautan Akses

Jepang Upayakan Pembebasan Wartawan yang Ditahan di Myanmar


Warga Myanmar yang tinggal di Jepang dan pendukungnya memegang foto pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi saat melakukan protes di depan Kementerian Luar Negeri di Tokyo, Rabu, 3 Februari 2021. (Foto: AP)
Warga Myanmar yang tinggal di Jepang dan pendukungnya memegang foto pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi saat melakukan protes di depan Kementerian Luar Negeri di Tokyo, Rabu, 3 Februari 2021. (Foto: AP)

Pemerintah Jepang, Senin (19/4), menyatakan meminta Myanmar untuk membebaskan seorang jurnalis Jepang yang ditangkap pasukan keamanan di kota terbesar negara itu, Yangon, sehari sebelumnya.

Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Katsunobu Kato mengatakan kepada wartawan hari Senin bahwa pemerintahnya meminta pihak berwenang Myanmar untuk menjelaskan penangkapan itu dan membebaskan warganegaranya sesegera mungkin.

“Kami akan terus meminta pihak Myanmar untuk membebaskannya segera, sambil melakukan yang terbaik untuk melindungi warga negara Jepang di negara itu,” kata Kato.

Ia tidak mengidentifikasi jurnalis tersebut. Tetapi media Jepang mengidentifikasinya sebagai Yuki Kitazumi, mantan reporter surat kabar bisnis Nikkei yang sekarang berbasis di Yangon sebagai wartawan lepas.

Stasiun televisi pemerintah Jepang NHK mengutip para saksi mata yang menyatakan mereka melihat Kitazumi ditangkap dan dibawa dari rumahnya.

Kitazumi pernah ditahan sebentar pada akhir Februari oleh polisi sewaktu ia meliput protes-protes prodemokrasi di Myanmar, di mana militer menggulingkan pemerintah terpilih pada 1 Februari.

Jepang telah meningkatkan kritiknya mengenai penindakan maut Myanmar terhadap oposisi, tetapi mengambil pendekatan yang lebih lunak daripada pendekatan AS dan beberapa negara lain yang memberlakukan sanksi-sanksi terhadap anggota junta militer.

Menurut Asosiasi Bantuan bagi Tahanan Politik, yang memantau korban dan penangkapan, pasukan pemerintah telah menewaskan sedikitnya 728 demonstran dan orang yang menyaksikan protes sejak pengambilalihan kekuasaan. Kelompok itu menyatakan 3.141 orang, termasuk pemimpin sipil yang digulingkan, Aung San Suu Kyi, kini berada dalam tahanan. [uh/ab]

Recommended

XS
SM
MD
LG