Kementerian Luar Negeri Austria, Sabtu (15/5), mengatakan menteri luar negeri Iran telah membatalkan kunjungan ke Austria. Pembatalan itu dilakukan untuk menunjukkan ketidaksenangan Iran terhadap langkah pemerintahan Kanselir Sebastian Kurz yang mengibarkan bendera Israel di Wina.
Seorang juru bicara Alexander Schallenberg membenarkan laporan di surat kabar Die Presse yang mengatakan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif seharusnya bertemu dengan Schallenberg tetapi ia membatalkan perjalanan itu.
"Kami menyesali ini dan mencatatnya, tetapi bagi kami, ketika Hamas menembakkan lebih dari 2.000 roket ke sasaran sipil di Israel, maka kami tidak akan tinggal diam," kata juru bicara itu.
Hamas adalah kelompok Islamis yang menguasai Gaza. Israel telah menghantam Gaza dengan serangan udara dan militan Palestina telah meluncurkan serangan roket ke Israel dalam eskalasi kekerasan terburuk dalam beberapa tahun.
Perselisihan itu muncul selama pembicaraan di Wina untuk mencoba menghidupkan kembali kesepakatan 2015 dengan kekuatan barat di mana Iran setuju untuk mengekang program nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi. Mantan Presiden AS Donald Trump meninggalkan perjanjian itu pada 2018, memicu Iran untuk mengabaikan ketentuannya.
Kurz, yang sangat pro-Israel, menyebut mengibarkan bendera Israel di atas kantor kanselor federal pada hari Jumat (14/5) sebagai bentuk solidaritas di tengah bentrokan kekerasan. Namun, Abbas Araghchi, yang memimpin delegasi Iran pada pembicaraan Wina, mengkritik langkah tersebut.
"Wina adalah tempat kedudukan (pengawas nuklir) IAEA & PBB, dan (Austria) sejauh ini menjadi tuan rumah yang baik untuk negosiasi," tulis Araqchi di Twitter. "Mengejutkan dan menyakitkan melihat bendera rezim pendudukan, yang secara brutal membunuh puluhan warga sipil tak berdosa, termasuk banyak anak hanya dalam beberapa hari, di atas kantor pemerintah di Wina. Kami mendukung Palestina.” [ah/vm]