Lebih dari 12 orang telah ditahan dalam pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise, kata para pejabat pada Kamis malam (8/7).
Pihak berwenang Haiti menyebut satu tim pembunuh bersenjata berat yang terdiri dari 28 “tentara bayaran”, terlibat dalam pembunuhan Moise di kediaman pribadinya di pinggiran ibu kota, Port-au-Prince pada Rabu lalu. Tim pembunuh itu terdiri dari 26 warga negara Kolombia dan dua warga Amerika keturunan Haiti.
Direktur Kepolisian Nasional Haiti Leon Charles, Kamis (9/7) mengatakan bahwa 17 lelaki telah ditahan, terdiri dari dua warga negara Amerika dan 15 warga Kolombia.
Charles mengatakan tiga tersangka tewas dan delapan lainnya masih diburu. Sebelumnya polisi mengatakan empat tersangka telah tewas. Charles maupun para pejabat kepolisian tidak menjelaskan mengenai selisih angka tersebut.
“Pengejaran terhadap tentara-tentara bayaran itu berlanjut,” kata Charles. “Nasib mereka sudah pasti: Mereka akan mati dalam pertempuran atau ditangkap.”
Jumat pagi (9/7), Taiwan merilis pernyataan yang menyebutkan bahwa 11 tersangka ditangkap di halaman kedutaan besar di Port-au-Prince setelah berusaha meloloskan diri dari polisi.
“Polisi melancarkan operasi sekitar pukul 4 sore hari Kamis (8/7) dan berhasil menangkap 11 tersangka,” kata pernyataan dari Kedutaan Taiwan.
Mathias Pierre, menteri pemilu Haiti, hari Kamis (8/7) mengidentifikasi dua warga Amerika keturunan Haiti itu sebagai James Solages (35), dan Joseph Vincent (55).
Departemen Luar Negeri AS belum mengukuhkan laporan bahwa dua warga negara AS kini berada dalam tahanan.
Kamis malam, pemerintah Kolombia mengukuhkan bahwa sedikitnya enam tersangka, termasuk dua yang tewas, tampaknya adalah pensiunan anggota militer Kolombia. Para tersangka itu tidak diidentifikasi. Perdana menteri sementara Claude Joseph menetapkan negara dalam “keadaan terkepung”, atau praktis dalam keadaan darurat militer. [uh/ab]