Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar mengatakan ada 60 orang dari sekitar 130an mantan narapidana terorisme (napiter) di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, yang belum mandiri secara ekonomi sehingga masih memerlukan pendampingan.
Menurutnya, BNPT akan berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Poso untuk memberikan pembekalan kewirausahaan bagi para mantan napiter di Kabupaten Poso sesuai dengan bakat dan minat.
“Peluang untuk mendapatkan modal nanti kepada mereka yang sudah ikut pembekalan ini. Karena kita tidak ingin mengasih uang tunai kemudian habis, tapi uang itu harus dipakai untuk usaha,” papar Boy Rafli menjawab pertanyaan VOA usai acara penyaluran bantuan kepada 39 napiter di Poso, Rabu (28/7).
Penyaluran bantuan, yang bertujuan untuk meringankan dampak pandemic COVID-19 itu, dilaksanakan di di Pantai Tanjung Perak, Desa Tiwa’a, Kecamatan Poso Pesisir.
Mantan napiter lainnya yang sudah mandiri secara ekonomi, imbuh Boy Rafli, berkecimpung di berbagai sektor bisnis, seperti pertambangan, pertanian, perkebunan, dan peternakan.
Dampak Pandemi
Dalam kegiatan bakti sosial BNPT itu, para mantan napiter menyampaikan harapan untuk bantuan modal usaha agar memiliki sumber pendapatan ekonomi.
“Kami minta kepada Kepala BNPT supaya memperhatikan kesejahteraan teman-teman yang bebas kemarin dan yang sebelumnya,” kata Sutarman, salah seorang mantan napiter.
“Intinya, yaitu harus memberikan modal usaha agar teman-teman ini bekerja dengan baik di waktu-waktu yang akan datang, menjadi masyarakat yang baik,”imbuhnya.
Direktur Celebes Institute, Adriani Badra kepada VOA mengatakan program pemberdayaan ekonomi bagi mantan napiter oleh BNPT perlu dilakukan secara berkelanjutan, mulai dari bantuan modal usaha, peningkatan kapasitas, serta evaluasi dan monitoring.
Adriani mengatakan setiap mantan napiter memiliki situasi yang berbeda satu sama lain. Ada yang sudah merintis kegiatan usaha, tetapi ada juga yang belum memulai sama sekali.
“Karena misalnya mantan napiter yang berada di kota itu, kan agak kesulitan atau memang tidak punya sumber daya, misalnya lahan sehingga berharap dari proyek-proyek yang ada di pemerintah daerah. Tetapi mantan napiter yang di luar kota, di Poso Pesisir dan sekitarnya, misalnya, ada yang memiliki lahan, mereka bertani menanam padi, menanam nilam,” paparnya.
Celebes Institute adalah organisasi yang sejak 2011 fokus pada program rehabilitasi dan reintegrasi atau penyatuan kembali mantan narapidana teroris kembali ke tengah masyarakat.
Menurutnya, keterlibatan aktif dari Pemerintah Daerah juga dibutuhkan untuk melahirkan program-program yang dapat membantu mantan napiter mandiri secara ekonomi. Apalagi, mereka selama ini juga telah ikut berkontribusi untuk melawan paham-paham radikalisme dan terorisme di wilayah itu. [yl/ft]