Pemerintah Amerika Serikat (AS) berkomitmen untuk mengirimkan pasokan peralatan oksigen, alat kesehatan, dan obat-obatan senilai $30 juta untuk mengatasi penyebaran luas pandemi virus corona di Indonesia.
Komitmen itu disampaikan Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, dalam pertemuan dengan Meteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi pada Senin (2/8). Dengan komitmen baru ini, total dukungan kerja sama Amerika sejak awal pandemi Maret 2020 telah mencapai $65 juta.
Selain itu Amerika juga telah memberikan dukungan kerja sama dose-sharing vaksin Moderna melalui fasilitas COVAX yang totalnya mencapai sekitar delapan juta dosis.
Dalam keterangan tertulis Kementerian Luar Negeri yang diterima VOA pada Selasa (3/8) pagi, Retno Marsudi menyampaikan “apresiasi dan penghargaan kepada AS atas dukungan kepada Indonesia dalam mengatasi pandemi COVID-19.”
Selain soal pandemi virus corona, kedua pejabat tinggi ini juga membahas kerja sama jangka panjang Indonesia-AS di bidang kesehatan agar dapat menghadapi potensi pandemi lain di masa depan.
“Indonesia mengharapkan dukungan Amerika untuk dapat membangun kapasitas Indonesia dalam membuat vaksin teknologi terkini yang berbasis mRNA dan obat terapeutik penyakit menular,” ujar Retno.
Bahas Myanmar
Retno Marsudi dan Jake Sullivan dalam pertemuan di Gedung Putih itu juga membahas isu-isu lain, antara lain perkembangan situasi di Myanmar, kerja sama Indo-Pasifik, proses perdamaian di Afghanistan, dan isu lingkungan hidup.
Sullivan menggarisbawahi dukungan AS atas peran ASEAN, termasuk upaya memulihkan demokrasi dan penyaluran bantuan kemanusiaan bagi rakyat Myanmar yang juga sedang menghadapi pandemi COVID-19.
Isu Myanmar akan menjadi salah satu isu utama dalam pertemuan virtual para menteri luar negeri ASEAN ke-54 yang dimulai Senin (2/8).
Dalam konferensi pers pada Senin (2/8) dini hari, Menlu Retno mengatakan Indonesia berharap Myanmar segera menyetujui penunjukkan utusan khusus agar dapat mendorong implementasi lima poin konsensus.
“Special envoy (utusan khusus.red) harus dapat segera bekerja dengan mandat yang jelas dari ASEAN. Utusan khusus ini harus dipastikan mendapat jaminan akses penuh, baik terkait dengan pertemuan dengan berbagai pihak, maupun pergerakan selama menjalankan tugas di Myanmar,” tegas Retno.
Menlu menambahkan bahwa sudah waktunya ASEAN mengambil keputusan yang “decisive” atau tegas karena lima poin konsensus yang disepakati dalam pertemuan ASEAN pertengahan April lalu belum juga diimplementasikan.
Belum ada perincian soal siapa yang akan menjadi utusan khusus ini.
Dalam isu isu kerja sama Indo-Pasifik, Indonesia kembali menyampikan empat prioritas yaitu kerjasama di bidang maritim, konektivitas Sustainable Development Goals (SDGs), dan perdagangan investasi.
Sementara dalam isu Afghanistan, kedua pejabat berkomitmen untuk terus mendorog proses perdamaian yang sudah diterima semua pihak dan sesuai keinginan rakyat negara itu.
Retno kembali menggarisbawahi upaya Indonesia melanjutkan kerjasama dengan Afghanistan, terutama dalam hal pemberdayaan perempuan.
Pertemuan dengan Duckworth, Blinken
Selain bertemu dengan Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan, Menlu Retno juga bertemu dengan Senator Tammy Duckworth dari negara bagian Illinois.
Senator Duckworth kembali mendorong upaya kolaborasi Indonesia-AS dalam mengatasi pandemi COVID-19 dan juga beberapa pejabat industri farmasi dan kesehatan.
Menurut juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Senin (2/8), Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menlu Rentno dijadwalkan melangsungkan pertemuan pada Selasa (3/8).
Pertemuan itu akan menjdi dialog strategis pertama di antara Amerika dan Indonesia sejak pembentukan kemitraan strategis 2015.
Menurut pernyataan tertulis yang diterima VOA, kedua diplomat tertinggi itu diperkirakan akan membahas dampak Covid-19 dan langkah-langkah pemulihan, kerja sama ekonomi bilateral, keamanan maritim dan peran Indonesia di ASEAN. [em/ft]