Janji Presiden Joe Biden untuk mengevakuasi ribuan warga Afghanistan yang berisiko yang pernah bekerja untuk pemerintah AS akan menghadapi kenyataan sulit dari jendela waktu yang cepat ditutup, ketidakamanan di seluruh Afghanistan dan tantangan besar logistik.
Seperti yang dikatakan oleh seorang pejabat AS kepada Reuters “terlalu banyak hal yang harus dilakukan dengan benar 100 persen” untuk melaksanakan rencana pemindahan mereka yang melamar Visa Imigran Khusus (SIV). Pentagon menargetkan untuk mengevakuasi hingga 22.000 pelamar SIV, keluarga mereka dan orang-orang berisiko lainnya.
Namun para pejabat dan kelompok-kelompok bantuan penempatan pengungsi di Amerika mengatakan jumlah itu, meski mengagumkan, akan jauh lebih sulit dicapai sekarang karena Taliban telah merebut ibu kota Kabul dan sebagian besar negara itu.
Kelompok-kelompok yang bekerja dengan para pengungsi itu dengan keras membantah pernyataan Biden dalam pidatonya pada hari Senin (17/8) bahwa banyak pelamar tidak ingin meninggalkan Afghanistan lebih awal.
Biden mengumumkan niatnya untuk mulai mengevakuasi warga Afghanistan yang berisiko pada Juli, meskipun ada seruan dari para anggota Kongres dan kelompok-kelompok bantuan untuk pengungsi agar evakuasi dilakukan beberapa bulan sebelumnya. Sejak Juli, hanya 2.000 warga Afghanistan yang diterbangkan ke Amerika Serikat.
Harapannya adalah untuk menerbangkan antara 5.000 hingga 9.000 orang per hari ketika Pentagon mencapai kapasitas penuhnya dengan 6.000 tentara di Kabul. Hanya 4.000 tentara telah mencapai Kabul sejauh ini.
Evakuasi begitu banyak warga Afghanistan akan mengharuskan mereka pertama-tama bisa sampai ke Kabul dan kemudian ke bandara melalui serangkaian pos pemeriksaan Taliban, kata para pejabat.
Ketertiban telah dipulihkan di bandara Kabul setelah lima orang tewas pada Senin ketika ribuan warga Afghanistan yang putus asa memadati daerah itu. Untuk sementara militer AS menangguhkan penerbangan guna membersihkan lapangan terbang. Misi evakuasi akan berakhir pada 31 Agustus. [lt/ab]