Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov hari Kamis (11/11) membantah bahwa maskapai penerbangan Aeroflot terlibat untuk membawa para migran ke perbatasan antara Belarus dan Polandia.
Pernyataan Lavrov itu dikuatkan oleh juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin, Dmitry Peskov, yang mengklaim bahwa “Rusia tidak ada hubungan dengan situasi itu.”
Lebih jauh Peskov menggarisbawahi “keprihatinan mendalam” yang dirasakan oleh “orang-orang yang berpikiran waras di Eropa” atas peningkatan pasukan dan ketegangan di perbatasan itu.
Polandia memberlakukan keadaan darurat, mengubah undang-undang suaka negara itu dan memperkuat perbatasannya sebagai tanggapan terhadap upaya sejumlah migran untuk menyebrangi perbatasan menuju ke wilayahnya pekan ini.
Hanya tentara yang memiliki akses di daerah itu. Hal ini menimbulkan kecemasan badan-badan pengungsi dan mitra-mitra Polandia di Uni Eropa.
Uni Eropa telah menuduh rezim Presiden Belarus Alexander Lukashenko yang berupaya menciptakan instabilitas dengan gelombang baru migrasi massal ke Uni Eropa.
Juru bicara Aeroflot Yulia Spivakova juga membantah klaim tentang keterlibatan perusahaan itu untuk memindahkan para migran, dengan mengatakan pihaknya tidak memiliki jalur penerbangan ke Timur Tengah atau Turki.
Ribuan orang yang kini terperangkap di perbatasan mendirikan tenda-tenda darurat, sementara pasukan keamanan Polandia mengawasi mereka dari balik pagar kawat berduri dan mencegah mereka memasuki wilayah itu.
Para pemimpin di Uni Eropa menuding Belarus melakukan aksi balas dendam terhadap sanksi yang diberlakukan blok itu terhadap pemerintahan otoriter Lukashenko terkait aksi kekerasan terhadap para pembangkang di dalam negeri. [em/jm]