Sementara AS menghadapi lonjakan terburuk dalam kasus virus corona, siswa di berbagai penjuru negara ini harus menghadapi perubahan mendadak dalam upaya menghentikan penyebaran infeksi.
Didorong oleh varian omicron, rata-rata jumlah kasus baru COVID-19 telah melampaui angka 400 ribu per hari, dua kali lipat dari angka sepekan silam dan tiga kali lipat dari angka dua pekan lalu.
Ini telah menyebabkan para pejabat sekolah untuk mempertimbangkan rencana mereka untuk membawa murid-murid kembali ke kelas setelah libur musim dingin, yang di banyak tempat berlangsung sepanjang liburan Natal dan Tahun Baru.
Sekolah-sekolah di Los Angeles tidak akan buka kembali sebelum 11 Januari, dan siswa diwajibkan menunjukkan hasil tes negatif COVID-19 agar diizinkan memasuki halaman sekolah.
Hasil tes negatif juga diwajibkan bagi para siswa di Washington DC, di mana kelas dimulai kembali pada Rabu (5/1).
Sistem sekolah di Chicago dan Seattle tidak mewajibkan tetapi sangat merekomendasikan siswa agar dites sebelum kembali ke sekolah.
Lonjakan infeksi juga membuat banyak sekolah tidak memiliki cukup guru dan staf untuk mengadakan kelas tatap muka.
Kombinasi kekurangan itu dan berbagai upaya untuk memperlambat gelombang kasus baru mendorong sekolah-sekolah di Milwaukee, Cleveland, Detroit dan Philadelphia untuk memindahkan sebagian atau seluruh kelas mereka ke platform pembelajaran online yang telah diandalkan para siswa hampir sepanjang pandemi ini.
Hal serupa berdampak juga di luar sekolah. Smithsonian Institution mengumumkan bahwa beberapa dari museum besarnya di Washington harus tutup atau beroperasi dengan jam yang dikurangi selama sedikitnya 12 hari karena mengalami “kekurangan staf yang tidak pernah terjadi sebelumnya.”
Banyak maskapai penerbangan, sementara menghadapi isu cuaca musim dingin, harus membatalkan penerbangan karena kurangnya awak pesawat yang cukup sehat untuk bekerja. [uh/ab]