Putri seorang profesor Afghanistan yang ditahan selama empat hari oleh penguasa Taliban Afghanistan mengatakan, ayahnya telah dibebaskan berkat tekanan internasional dan domestik.
Dalam wawancara dengan VOA pada Selasa (10/1), Hasina Jalal, yang tinggal di Washington, mengatakan, ayahnya, Faizullah Jalal, kritikus terkemuka Taliban, meyakinkannya bahwa ia baik-baik saja ketika mereka berbicara melalui telepon menyusul pembebasannya di Ibu Kota Afghanistan, Kabul, sebelumnya hari itu. Militan Taliban telah menangkap dosen Universitas Kabul itu di rumahnya pada Sabtu dan menahannya di penjara intelijen.
Penahanan Jalal memicu kecaman dari rakyat Afghanistan di media sosial dan seruan bagi pembebasannya dari berbagai organisasi HAM internasional, para diplomat Jerman dan Uni Eropa serta Ketua Komite Hubungan Luar Negeri DPR AS Gregory Meeks.
Hasina Jalal mengatakan satu kelompok terdiri dari lima hingga 10 teman ayahnya, termasuk rekan-rekan sesama dosen di Universitas Kabul, juga telah pergi ke penjara intelijen di mana ayahnya ditahan pada Selasa pagi untuk menuntut pembebasannya.
“Mereka mengatakan kepada Taliban, ‘kalian dapat menempatkan kami di penjara dengannya, kami tidak akan pergi.’ Dan tentu saja, Taliban menyadari semua advokasi internasional ini. Jadi, saya pikir semua ini menekan mereka untuk membebaskannya,” ujarnya. “Taliban mengira bahwa jika mereka menahannya lebih lama, kasusnya akan mendapat lebih banyak perhatian internasional dan semakin banyak orang yang akan mengangkat suara mereka.”
Taliban merebut kembali Afghanistan pada Agustus lalu sewaktu pasukan AS dan sekutu NATO mereka mundur hampir 20 tahun setelah menggulingkan militan Islamis dari kekuasaannya dalam invasi 2001. Namun Taliban tidak mendapat pengakuan internasional sejak merebut kekuasaan dari pemerintah terpilih dan telah menghadapi keruntuhan ekonomi yang membuat banyak warga Afghanistan menghadapi kelaparan. [uh/ab]