Militer Israel, Selasa (1/2), mengatakan akan menegur seorang perwira senior dan mencopot dua lainnya dari peran kepemimpinan mereka. Militer menyatakan, tindakan itu diambil menyusul kematian seorang warga Palestina yang diseret paksa dari sebuah mobil, diikat dan ditutup matanya setelah dihentikan di sebuah pos pemeriksaan.
Militer Israel meyakini Omar Asaad, yang memiliki kewarganegaraan AS, tertidur ketika mereka memutus pengikat tubuhnya dan meninggalkannya dalam keadaan tertelungkup di sebuah bangunan tak berpenghuni di mana ia sempat ditahan dengan tiga warga Palestina lainnya bulan lalu.
Para tahanan lain mengatakan mereka tidak tahu bahwa pria Palestina berusia 78 tahun itu berada di sana sampai setelah para tentara membebaskan mereka.
Tidak jelas kapan tepatnya Asaad meninggal. Ia dibawa ke rumah sakit dan dinyatakan meninggal setelah para tahanan lain menemukannya tidak sadarkan diri.
"Penyelidikan menyimpulkan bahwa insiden itu adalah peristiwa yang serius dan tidak menguntungkan, akibat dari kegagalan moral dan pengambilan keputusan yang buruk di pihak tentara," kata militer dalam sebuah pernyataannya. Investigasi kriminal terpisah oleh polisi militer masih berlangsung saat ini.
Asaad memiliki keluarga besar yang tinggal di Amerika Serikat. Departemen Luar Negeri AS telah menyatakan keprihatinan atas kematiannya dan menyerukan penyelidikan. Dua anggota delegasi kongres Wisconsin meminta pemerintah Biden untuk menyelidiki.
Militer Israel mengatakan mereka menyelidiki insiden semacam itu secara menyeluruh. Namun kelompok-kelompok HAM mengatakan Israel jarang meminta pertanggungjawaban tentara atas kematian warga Palestina. Bahkan, dalam kasus yang paling mengejutkan dan yang terekam dalam video, tentara sering mendapatkan hukuman yang relatif ringan. Orang-orang Palestina mengatakan mereka menderita penganiayaan sistematis di bawah pendudukan militer Israel.
Hasil otopsi pihak Palestina mengatakan, Asaad meninggal karena serangan jantung “yang disebabkan oleh ketegangan psikologis karena kekerasan eksternal yang ia alami.'' Hasil otopsi menyebutkan, Asaad memang memiliki kondisi kesehatan serius tetapi penyelidik menemukan memar di kepalanya, tanda kemerahan di pergelangan tangannya karena terikat, dan darah di kelopak matanya karena matanya ditutup terlalu erat.
Asaad dihentikan sekitar pukul 03.00 waktu setempat pada 12 Januari di sebuah pos pemeriksaan sementara di desa asalnya Jiljiliya, di Tepi Barat yang diduduki. Militer mengatakan ia tidak memiliki identitas apapun dan “menolak untuk bekerja sama dengan pemeriksaan keamanan”.
Hasil penyelidikan militer Israel menemukan tidak ada penggunaan kekerasan selain ketika Asaad ditangkap setelah menolak untuk bekerja sama.
Militer Israel mengatakan tidak terlihat adanya tanda-tanda memprihatinkan ketika mereka membebaskan para tahanan setengah jam kemudian. Mereka mengatakan, para tentara menganggap Asaad sedang tidur dan tidak berusaha membangunkannya.
Militer mengatakan komandan batalion akan ditegur dan bahwa komandan peleton dan komandan kompi akan dicopot dari posisi mereka dan dilarang memimpin selama dua tahun. [ab/uh]