Seorang senator Filipina, yang merupakan salah satu pengkritik paling keras Presiden Rodrigo Duterte, melancarkan kampanye untuk dipilih kembali dari penjara.
Karena berada di penjara berpengamanan tinggi di ibu kota dan dilarang berkampanye di mana pun, Senator Leila de Lima terpaksa menghadirkan sosok dirinya dalam wujud gambar seukuran aslinya, yang dibawa para ajudannya ke berbagai lokasi kampanye.
De Lima yang telah dipenjarakan selama lima tahun mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Associated Press dari penjara bahwa ia akan terus berjuang membela kebenaran.
Terisolasi dari dunia luar oleh tembok penjara yang tinggi, jeruji besi, kawat berduri berkarat dan penjaga bersenjata, perempuan berusia 62 tahun itu menuduh Duterte dan para wakilnya mengarang tuduhan terkait narkoba yang menjebloskannya ke penjara pada Februari 2017.
Pemenjaraannya tersebut secara efektif menghentikan usahanya menyelidiki pembunuhan terhadap para pengedar narkoba yang diduga didalangi Duterte selama menggelar program antinarkoba yang keras,
Duterte bersikeras bahwa de Lima bersalah. Ia mengatakan bahwa menurut keterangan para saksi mata, senator itu menerima hadiah dari para bandar narkoba yang dipenjarakan atas usahanya itu.
"Saya menangis setiap hari terutama pada malam hari dalam beberapa minggu pertama, bukan karena mengasihani diri sendiri tetapi untuk keluarga saya dan karena tidak percaya," kata de Lima kepada Associated Press pada hari Selasa, dalam wawancara pertamanya di penjara dengan izin pengadilan sejak penangkapannya. ''Saya diasingkan. Tidak ada orang lain selain kucing liar.''
Selama di penjara, ia hanya mendapat izin pengadilan lima kali untuk meninggalkan tahanan sebentar dan di bawah penjagaan ketat untuk pemeriksaan kesehatan, menghadiri pesta untuk putranya setelah dia lulus ujian pengacara dan untuk menghibur ibunya yang berusia 89 tahun yang sakit.
Tembok penjara dan pengucilan tidak akan untuk membungkamnya, katanya. “Saya seorang pejuang,'' kata mantan ketua Komisi HAM dan menteri kehakiman itu, saat menyambut kedatangan seorang jurnalis AP, pengacara dan stafnya dengan senyuman dan kepalan tangan.
''Ini sulit, tapi saya bisa mengatasinya,'' katanya. "Saya tidak akan pernah kehilangan harapan.”
Mencalonkan diri untuk dipilih kembali dalam pemilihan 9 Mei di bawah bendera oposisi utama yang dipimpin oleh calon presiden Leni Robredo, wakil presiden petahana, de Lima meminta izin pengadilan untuk berpartisipasi dalam kampanye dan debat online dan mengizinkan wartawan untuk mewawancarainya.
Namun, jaksa pemerintah menentang permintaan tersebut, dengan mengatakan ia menghadapi tuntutan hukuman mati dan bahwa pemberian izin akan membuatnya seperti manusia bebas dan mempromosikannya ke peringkat yang berbeda. Tetapi, pengadilan mengizinkannya untuk memberikan wawancara media dalam tahanan tanpa kamera dan untuk secara teratur bertemu dengan tim kampanyenya di penjara. [ab/uh]