Keputusan Indonesia untuk melarang ekspor minyak kelapa sawit di tengah kelangkaan dalam negeri telah menyebabkan harga minyak nabati melonjak hingga menyentuh level tertinggi baru. Hal itu semakin menekan pasar yang telah terimbas perang di Ukraina dan pemanasan global.
Harga minyak sawit, kedelai, minyak rapa (rapeseed) Eropa dan bahkan minyak kanola Kanada telah mencapai rekor tertinggi, pasca pengumuman Indonesia pada Rabu (27/4).
"Kita telah mengalami masalah dengan kedelai di Amerika Selatan, dengan kanola di Kanada," kata Philippe Chalmin, profesor ekonomi di Universitas Paris-Dauphine di Prancis. Ia mengatakan kedua tanaman itu telah terimbas kekeringan yang parah.
Lalu terjadi krisis "bunga matahari di Ukraina" akibat invasi Rusia yang menghancurkan, tambahnya.
Minyak kelapa sawit adalah minyak nabati yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Menurut James Fry, kepala perusahaan konsultasi LMC, produk Indonesia mencakup 35% dari ekspor global.
Menurut pemerintah, larangan ekspor Indonesia bertujuan untuk menurunkan harga di dalam negeri dan mencegah kelangkaan.
Namun, Chalmin mengatakan langkah itu diambil "pada waktu yang sangat tidak tepat."
Minyak kelapa sawit, yang banyak digunakan dalam makanan olahan seperti mie instan, juga digunakan dalam produk konsumen lain, seperti produk kecantikan dan kosmetik. [vm/ft]