BTS ada di mana-mana. Lagu-lagu rap, balada, dan dance mereka yang catchy ini telah diputar lebih dari 3,6 miliar kali, mulai dari di tempat asal mereka di Seoul sampai di tempat para fans mereka hingga sejauh di Somalia.
Hari Selasa 31 Mei, mereka datang ke Gedung Putih, bertemu dengan Presiden Joe Biden pada hari terakhir perayaan Bulan Warisan Sejarah Warga Amerika keturunan Asia, penduduk asli Hawaii dan kepulauan Pasifik, atau Asian American Native Hawaiian and Pacific Islander Heritage Month.
Pemimpin grup itu, Rap Monster atau RM, mengatakan, “Merupakan suatu kehormatan besar diundang ke Gedung Putih hari ini untuk mendiskusikan isu-isu penting mengenai kejahatan bermotif kebencian yang anti-Asia, inklusi warga keturunan Asia dan keberagaman.”
Analis Korea di pusat kajian Wilson Center Jean Lee mengatakan, ini adalah acara serius, mengingat panggung BTS yang sangat besar dan meningkatnya kejahatan bermotif kebencian yang anti-Asia di AS.
“Ini jelas merupakan sikap yang mereka ambil dalam menentang diskriminasi. Dan tentu saja mereka akan ikut menyuarakan kebencian yang anti-Asia yang mereka telah alami, yang mereka lihat terjadi pada orang-orang yang kelihatan seperti mereka. Tak seorang pun dari kita yang tampak seperti mereka. Mereka sangat luar biasa! Tetapi tentu saja, dalam kehidupan sehari-hari mereka, mereka terlihat sama seperti Anda dan saya, dan mereka tahu bahwa mereka pun bisa menjadi target kapan saja di AS," jelas Jean Lee melalui Zoom.
Sewaktu BTS berbicara, fans mereka menyimak. Ratusan orang berkumpul di tengah panas menyengat di luar gerbang-gerbang Gedung Putih hari Selasa, berharap dapat melihat mereka meski sekilas. Pada tahun 2020, BTS menyumbang $1 juta untuk gerakan Black Lives Matter dan menggalang $1 juta lagi dari fans mereka.
Fans mereka juga dianggap termasuk sebagian besar pengguna yang membanjiri sistem registrasi online untuk mengikuti rapat umum Trump pada Juni 2020, mengambil kursi-kursi yang tidak ingin mereka duduki.
Ari, seorang warga Maryland, tiba beberapa jam sebelumnya untuk berupaya melihat sekilas band favoritnya.
“Menurut saya, bagi saya, menjadi warga Amerika keturunan Asia, melihat orang-orang bangkit membela orang lainnya, orang-orang seperti BTS benar-benar menginspirasi," katanya.
BTS pertama kali terlibat dalam diplomasi internasional penting tahun lalu sewaktu mereka berbicara – dan tampil – di PBB.
“Begitu banyak orang yang menonton karena BTS, dan ini mendadak membuat seluruh generasi, seluruh hadirin menyadari diplomasi ini. Jadi apakah ini soal diplomasi, apakah mengenai perubahan iklim, isu-isu seputar kesehatan mental, emosi, isu-isu LBGTQ atau rasisme, saya pikir mereka mulai menyadari bahwa mereka memiliki tanggung jawab, dan menurut saya itu luar biasa. Ini memberi teladan yang baik," tambah Jean Lee dari Wilson Center.
Tak diragukan, mereka bertujuh adalah rajanya K-pop, mendobrak rekor industri musik dan begitu dikagumi di negara asal mereka, sampai-sampai para pejabat tinggi Korea Selatan baru-baru ini secara terbuka memperdebatkan apakah mereka harus dibebaskan dari wajib militer nasional.
Mereka tidak menjawab pertanyaan wartawan pada hari Selasa di Gedung Putih mengenai perubahan kebijakan substantif apa yang mereka usulkan kepada Presiden Biden. [uh/lt]