Kantor berita semi-resmi Iran ISNA melaporkan pejabat-pejabat Badan Energi Atom Internasional (IAEA), pada Senin (19/12), meninggalkan Iran setelah melakukan pembicaraan dengan kepala organisasi energi nuklir negara itu, tanpa mengatakan apakah mereka membahas kebuntuan atas jejak uranium di lokasi yang tidak diumumkan.
Masalah mengenai jumlah uranium yang dimiliki Iran telah menjadi hambatan pembicaraan yang lebih intensif guna menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran tahun 2015 dengan negara-negara adidaya. Perjanjian itu bertujuan untuk meredam program pengayaan uranium Iran dengan imbalan pencabutan sanksi-sanksi, yang telah diberlakukan kembali oleh Amerika Serikat setelah keluar secara sepihak dari perjanjian itu pada tahun 2018.
Pembicaraan untuk memulihkan kesepakatan nuklir itu telah menemui jalan buntu sejak September lalu. Negara-negara Barat menuduh Iran mengajukan tuntutan yang tidak masuk akal setelah semua pihak tampaknya menyetujui kesepakatan baru.
Upaya menyelamatkan perjanjian itu tampaknya semakin menemui jalan curam pada tahun ini. Iran telah secara brutal mengambil tindakan tegas terhadap para demonstran, sementara negara-negara Barat mengatakan Rusia telah menggunakan pesawat nirawak buatan Iran dalam perang di Ukraina dan Iran mempercepat program nuklirnya. Ketiga hal ini semakin menyulitkan untuk meringankan sanksi terhadap Iran.
Iran mengakui bahwa pihaknya telah memasok Rusia dengan pesawat nirawak, tetapi pesawat-pesawat ini dikirim sebelum invasi Rusia ke Ukraina dimulai.
Kantor berita semi-resmi Tasnim melaporkan dalam sebuah konferensi pers di Teheran, penasihat senior Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, Kamal Kharrazi, mengatakan masalah perlindungan nuklir adalah yang terakhir diselesaikan sebelum menghidupkan kembali perjanjian itu.
“Iran siap kembali ke kewajiban dalam JCPOA (perjanjian nuklir Iran.red). Banyak masalah telah diselesaikan dalam perundingan, sekarang satu-satunya masalah adalah soal perlindungan,” ujarnya seraya menambahkan “kami berharap masalah ini akan selesai dalam kunjungan IAEA ke Suriah.”
Amerika Serikat pada bulan Oktober lalu mengatakan menghidupkan kembali perjanjian nuklir itu “bukan menjadi fokus kami saat ini” karena Iran hanya menunjukkan sedikit minat tentang hal itu; dan bahwa AS kini berkonsentrasi pada upaya untuk mendukung demonstran Iran. Pandangan tersebut digaungkan Jerman pada bulan November lalu.
ISNA mengatakan delegasi IAEA yang dipimpin Wakil Dirjen IAEA untuk Pengamanan Massimo Aparo mengadakan perundingan dengan tim Iran dan telah bertemu dengan Kepala Organisasi Energi Atom Iran Mohammad Eslami. Kedua pihak saling tukar pandangan tentang “kerja sama dan program bersama di masa depan, selain masalah pengamanan,” tambah ISNA. [em/jm]
Forum