Negara-negara Arab mengutuk keras kunjungan menteri kabinet ultranasionalis Israel Itamar Ben-Gvir, Selasa (3/1) ke sebuah situs di Yerusalem yang dikenal oleh orang Yahudi sebagai Temple Mount (Bukit Bait Suci) dan oleh Muslim sebagai Kompleks Masjid Al-Aqsa atau Tempat Suci Mulia. Yordania telah memimpin tugas sebagai penjaga situs-situs suci Muslim dan Kristen di Yerusalem, di bawah perjanjian damai 1994 dengan Israel.
Raja Yordania Abdullah telah melakukan perjalanan ke Uni Emirat Arab (UEA) untuk berkonsultasi dengan presiden negara itu, Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan, mengenai perkembangan terkini. Baik UEA maupun China telah menyerukan pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB untuk membahas apa yang disebut oleh negara-negara Arab sebagai pelanggaran terhadap kompleks Masjid Al-Aqsa, yang dihormati oleh umat Islam sebagai situs tersuci ketiga dalam Islam dan oleh orang Yahudi sebagai Temple Mount (Bukit Bait Suci), tempat tersuci mereka.
Kunjungan Itamar Ben-Gvir, menteri keamanan nasional Israel yang baru, telah menuai kecaman keras dari seluruh dunia Muslim dan teguran keras dari Amerika Serikat.
Yordania, penjaga kompleks Masjid Al-Aqsa, memanggil duta besar Israel di Amman, dan mengatakan kunjungan itu telah melanggar hukum internasional dan “status quo sejarah dan hukum di Yerusalem.” Yordania telah memperingatkan pemerintah baru Israel agar tidak meningkatkan tekanan terhadap warga Palestina di Yerusalem atau berusaha mengganggu pengaruh Yordania di sana.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kemudian mengatakan pemerintahnya lebih senang “menjaga status quo dengan ketat” di tempat suci itu. Tetapi negara-negara Arab menyebut kunjungan itu “provokatif.”
Raja Abdullah mengatakan kepada jaringan televisi CNN dalam wawancara bulan Desember bahwa meskipun dia bersedia bekerja sama dengan pemerintahan sayap kanan Israel yang baru, Israel harus sangat berhati-hati dalam menguji apa yang disebutnya “garis merah.”
“Saya selalu percaya bahwa ‘kita melihat gelasnya setengah penuh.’ Tetapi kami telah menetapkan garis merah, dan jika orang ingin menggeser garis merah itu, maka kami akan menghadapinya. Tapi saya percaya bahwa ada banyak orang di Israel yang juga peduli seperti kami,” jelasnya.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan dia mengupayakan kecaman dari Dewan Keamanan PBB atas tindakan Ben Givr tersebut. Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meminta semua pihak “untuk menahan diri dari langkah-langkah yang dapat meningkatkan ketegangan di tempat-tempat suci dan sekitarnya” di Yerusalem. [lt/jm]
Forum