Tautan-tautan Akses

Deplu AS Jadi Tuan Rumah KTT untuk Demokrasi


Menlu AS Antony Blinken
Menlu AS Antony Blinken

Departemen Luar Negeri Amerika menjadi tuan rumah KTT untuk Demokrasi yang kedua minggu ini.  KTT ini diikuti 120 entitas, termasuk negara, kelompok masyarakat madani, dan perusahaan teknologi.  

KTT untuk Demokrasi, yang sebagian besar diselenggarakan secara virtual, dihadiri negara-negara yang baru-baru ini dikritik karena kebijakannya yang tidak demokratis, seperti India, Israel, dan Polandia.

Menlu Ukraina Dmytro Kuleba baru-baru ini berbicara secara virtual di KTT Demokrasi yang diadakan Amerika. Ia mengatakan, rakyat Ukraina menginginkan perdamaian, tetapi perdamaian yang merugikan negaranya merupakan sebuah ilusi.

“Rakyat Ukraina akan menerima perdamaian hanya bila ada jaminan bahwa Rusia menghentikan sepenuhnya agresinya, menarik penuh pasukan Rusia dari teritori Ukraina dan memulihkan integritas teritorial negara kami sesuai batas-batas yang diakui oleh dunia internasional,” kata Kuleba.

Menlu AS Antony Blinken membuka diskusi panel KTT Demokrasi ini Selasa (28/3). Ia mengatakan, invasi Rusia tanpa alasan yang jelas ke wilayah Ukraina merupakan ilustrasi paling baik mengenai ancaman terhadap demokrasi.

Blinken merangkul proposal perdamaian Ukraina dan menampik lainnya, misalnya yang diusulkan China.

“Kita harus sangat menyadari dan waspada terhadap apa yang sepintas kelihatannya niat baik, misalnya seruan gencatan senjata, yang berpotensi membekukan konfliknya seketika, namun memungkinkan Rusia melakukan konsolidasi kekuatan dan memanfaatkan waktunya untuk istirahat, melengkapi kembali persenjataannya dan kemudian menyerang lagi,” ujarnya.

Michael Kimmage adalah profesor ilmu sejarah di Catholic University, dan mengatakan kepada VOA bahwa KTT Demokrasi kedua ini menghadapi beberapa tantangan, termasuk ketegangan dengan sekutu dekat AS, Israel. Tetapi meraih dukungan untuk Ukraina merupakan fokus utama dari KTT ini.

“Anda saksikan event dramatis di Israel yang berkaitan dengan inti dari eksistensi Israel sebagai demokrasi. Anda lihat kemunduran demokrasi di berbagai negara Eropa. Ini merupakan fenomena lama, tetapi saya berpendapat masalah utamanya untuk Presiden Biden adalah banyak demokrasi, misalnya Afrika Selatan, Brasil dan India, yang tidak benar-benar mendukung posisi AS dalam perang di Ukraina,” ujar Kimmage.

Kimmage mengatakan kepada VOA meskipun ada tantangan-tantangan ini, pencapaian di medan tempur oleh Ukraina di bawah pimpinan Volodymyr Zelenskyy yang terpilih secara demokratik, menghadapi kekuatan militer Rusia yang lebih besar merupakan hal yang mengilhami dan bisa mempersatukan pembela demokrasi di seluruh dunia. [jm/ka]

Forum

XS
SM
MD
LG