Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden akan menelepon pemimpin Partai Republik pada Minggu (21/5)untuk berusaha memecah kebuntuan pembicaraan kenaikan plafon sebelum mencapai tenggat gagal bayar utang nasional yang ditakutkan oleh banyak pihak.
Dilansir oleh kantor berita AFP, Gedung Putih mengatakan Biden, yang sedang mengikuti pertemuan puncak Kelompok 7 (Group of Seven/G7) di Hiroshima, Jepang, akan menelepon Ketua DPR Kevin McCarthy, begitu acara selesai.
“Presiden Biden terus mengikuti rangkaian pembicaraan terkait kerangka kerja anggaran bipartisan dan menekankan perlunya bagi Kongres untuk bertindak untuk menghindari gagal bayar utang,” kata seorang pejabat.
“Dia menerima laporan terbaru dari timnya, tadi malam dan pagi ini mengenai status negosiasi. Presiden mengarahkan timnya untuk berkoordinasi dengan Ketua DPR McCarthy untuk menjadwalkan pembicaraan via telepon.”
Menurut pejabat tadi, Biden akan menelepon setelah dia selesai menghadiri konferensi pers penutupan pertemuan G7 yang akan dimulai pada pukul 18.15 waktu setempat atau pagi hari di Washington. Belum jelas apakah pembicaraan akan berlangsung saat Biden masih di Hiroshima atau saat dia dalam penerbangan kembali ke AS dengan pesawat kepresidenan, Air Force One.
Biden seharusnya melawat ke Papua Nugini dan Australia pekan depan, usai pertemuan G7 di Jepang. Namun, dia mempersingkat perjalanan ke Asia karena krisis plafon utang itu.
Departemen Keuangan AS mengatakan Pemerintah AS akan kehabisan uang dan tidak bisa membayar utang senilai $31 triliun paling tidak pada 1 Juni, jika Kongres yang dikuasai oleh Partai Republik, tidak menyetujui pinjaman yang lebih besar.
Kenaikan plafon utang biasanya prosedur tahunan biasa. Namun, tahun ini, Partai Republik yang makin ke Haluan kanan menggunakan ancaman gagal bayar untuk memaksa Biden menerima pemangkasan anggaran besar-besaran. Biden sudah menolak rencana pemangkasan dan menuduh lawannya mempertaruhkan perekonomian AS untuk keuntungan politik.
Pembahasan plafon utang di Washington menemui jalan buntu pada Sabtu (20/5) dengan kedua belah pihak saling menuduh sebagai pihak yang menghambat negosiasi.
Sehari sebelumnya, sejumlah anggota DPR dari Partai Republik sempat meninggalkan perundingan, tetapi kemudian pembicaraan dilanjutkan.
Pada Sabtu (20/5), Biden mengatakan dia “sama sekali tidak khawatir” dengan negosiasi plafon utang tersebut.
Pemerintah AS harus menaikkan pinjaman untuk menutup pengeluaran yang sudah dijalankan. Jika tidak ada kesepakatan untuk menaikan plafon utang, Washington tidak bisa membayar tagihan-tagihannya hingga bisa memicu berbagai gelombang kejut ekonomi ke seluruh dunia. [ft/ah]
Forum