Juru bicara China, Senin (22/5), menyebut KTT G7 sebagai "lokakarya anti-China,” setelah Beijing memanggil utusan Jepang dan memarahi Inggris dalam sebuah tanggapan pedas terhadap pernyataan yang dikeluarkan pada KTT G7 pada akhir pekan di Hiroshima, Jepang.
Sebuah komunike bersama yang dikeluarkan pada Sabtu (20/5) membahas isu-isu yang terkait dengan China, mulai dari Taiwan dan klaim maritim, hingga pemaksaan ekonomi dan hak asasi manusia. Munculnya China sebagai pokok bahasan dalam konferensi tersebut menegaskan ketegangan antara Beijing dan kelompok negara maju, yang mencakup Amerika Serikat (AS) di dalamnya.
"AS sedang berusaha keras untuk menjalin jaring anti-China di dunia Barat," Global Times mengatakan dalam sebuah tajuk rencana pada Senin (22/5) yang berjudul 'G7 telah turun menjadi lokakarya anti-China.’
"Ini bukan hanya masalah campur tangan brutal dalam urusan dalam negeri China dan mencoreng China, tetapi juga dorongan tak terselubung untuk konfrontasi antar kubu,” tulisnya.
Kementerian Luar Negeri China mengatakan dengan tegas menentang pernyataan G7. Kementerian pada Minggu (22/5) malam mengatakan memanggil duta besar Jepang untuk China sebagai bagian dari protesnya kepada tuan rumah KTT.
Rusia, sekutu dekat China yang juga disebut dalam pernyataan G7 atas invasinya ke Ukraina, mengatakan KTT itu adalah "inkubator" untuk histeria anti-Rusia dan anti-China.
Secara terpisah, Kedutaan Besar China di Inggris pada Minggu (22/5) mendesak London untuk berhenti memfitnah China, setelah Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak mengatakan Beijing merupakan tantangan terbesar dunia untuk keamanan dan kemakmuran.
Terlepas dari reaksi tajam Beijing, Presiden AS Joe Biden mengatakan dia mengharapkan hubungan beku antara G7 dan China dapat cair “segera.” Kelompok G7 juga mencakup Kanada, Prancis, Jerman, dan Italia.
Protes kepada Jepang
Wakil Menteri Luar Negeri China Sun Weidong memanggil duta besar Jepang untuk mengajukan protes atas "kehebohan seputar masalah terkait China," menurut pernyataan kementerian pada Minggu (22/5) malam.
Sun mengatakan Jepang berkolaborasi dengan negara-negara lain di KTT G7 "dalam kegiatan dan deklarasi bersama ... untuk mencoreng dan menyerang China, mencampuri urusan dalam negeri China, melanggar prinsip dasar hukum internasional dan semangat empat dokumen politik antara Cina dan Jepang," mengacu pada Pernyataan Bersama China-Jepang pada 1972.
Dia mengatakan tindakan Jepang merugikan kepentingan kedaulatan, keamanan dan pembangunan China, dan bahwa Beijing "sangat tidak puas dan dengan tegas menentang" mereka.
"Jepang harus memperbaiki pemahamannya tentang China, memahami otonomi strategis, mematuhi prinsip-prinsip empat dokumen politik antara China dan Jepang, dan benar-benar mendorong perkembangan hubungan bilateral yang stabil dengan sikap yang konstruktif," kata Sun.
Hideo Tarumi, Duta Besar Jepang untuk China, menyebut tindakan G7 "wajar.” Ia merujuk pada masalah yang menjadi perhatian bersama seperti yang telah dilakukan di masa lalu dan akan terus melakukannya di masa depan selama China tidak mengubah perilakunya. [ah/rs]
Forum