Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa (16/1) mengatakan bahwa status kenegaraan Ukraina bisa mengalami "pukulan tak terlupakan" jika pola perang terus berlanjut. Ia menegaskan Rusia tidak akan pernah dipaksa menarik diri atas kemajuan yang telah dicapainya di Ukraina.
Putin melontarkan komentarnya di televisi sehari setelah Swiss setuju menjadi tuan rumah pertemuan puncak global atas permintaan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Putin menolak "rumus damai" yang disebutnya sedang dibahas di Barat dan Ukraina serta apa yang disebutnya sebagai "tuntutan larangan" yang terkandung dalamnya.
"Nah, kalau mereka tidak mau (bernegosiasi), maka jangan!" tukasnya.
“Sekarang cukup jelas, tidak hanya serangan balasan (Ukraina) yang gagal, tetapi inisiatif tersebut sepenuhnya berada di tangan angkatan bersenjata Rusia. Jika ini terus berlanjut, kenegaraan Ukraina mungkin akan mengalami pukulan yang sangat serius dan tidak dapat terlupakan.”
Pernyataan-pernyataan Putin mengenai jalannya perang menjadi semakin percaya diri dan agresif dalam beberapa bulan terakhir, seiring dengan kegagalan serangan balasan Ukraina dalam memberikan keuntungan besar terhadap pasukan Rusia.
Rusia saat ini menguasai 17,5 persen wilayah Ukraina.
Putin mengatakan pembicaraan tentang perundingan adalah "sebuah upaya untuk memotivasi kami agar meninggalkan kemajuan yang telah kami capai selama satu setengah tahun terakhir. Namun hal ini tidak mungkin. Semua orang memahami bahwa hal ini tidak mungkin."
Formula perdamaian yang dikemukakan oleh Zelenskyy antara lain menyerukan pemulihan integritas wilayah Ukraina, penghentian permusuhan dan penarikan pasukan Rusia.
Rusia mengatakan setiap negosiasi harus mempertimbangkan “realitas baru” yang diciptakan oleh pasukannya di lapangan. [ah/ft]
Forum