Tautan-tautan Akses

Beijing: Kapal Pasokan Filipina Tabrak Kapal China di Laut China Selatan


Personel angkatan laut Filipina mengumpulkan sisa-sisa paket makanan yang terapung di lautan Second Thomas Shoal, pada Minggu, 19 Mei 2024. (Foto: via AP)
Personel angkatan laut Filipina mengumpulkan sisa-sisa paket makanan yang terapung di lautan Second Thomas Shoal, pada Minggu, 19 Mei 2024. (Foto: via AP)

Sebuah kapal pemasok Filipina mendekati kapal China di Laut China Selatan dengan cara yang dianggap berbahaya sehingga mengakibatkan tabrakan kecil. Garda Pantai China pada Senin (17/6) menduga kapal Filipina melakukan penyusupan secara ilegal ke perairan dekat Second Thomas Shoal. Namun, militer Manila menyebut tudingan tersebut "menipu dan menyesatkan."

Kapal pengangkut dan pengisian ulang Filipina mengabaikan peringatan keras yang berulang kali disampaikan oleh China, kata Garda Pantai dalam sebuah pernyataan.

Garda pantai menyatakan bahwa kapal tersebut bahkan secara sengaja mendekati kapal China secara tidak profesional sehingga menyebabkan tabrakan. Pernyataan tersebut tidak menyebutkan adanya korban cedera atau kerusakan pada kedua kapal.

"Kami tidak akan menanggapi klaim menipu dan menyesatkan dari Garda Pantai China (CCG)," kata Xerxes Trinidad, kepala kantor urusan publik angkatan bersenjata Filipina, kepada wartawan. Ia menegaskan mereka tidak akan membahas detail operasional misi pengisian ulang. "Tindakan agresif yang terus berlanjut dari CCG sedang meningkatkan ketegangan di kawasan ini."

Pihak militer mengatakan bahwa masalah utama yang terjadi di Laut China Selatan adalah keberadaan dan tindakan ilegal kapal-kapal China di zona ekonomi eksklusif (ZEE) Filipina.

Juru bicara Garda Pantai Filipina Jay Tarriela tidak dapat memberikan pernyataan karena insiden tersebut tidak melibatkan pihaknya.

Selama berbulan-bulan, China dan Filipina telah saling menuding terkait manuver berbahaya dan tabrakan yang terjadi di Second Thomas Shoal, sebuah atol yang terletak di ZEE Filipina.

Sejumlah insiden terjadi saat Filipina mengirimkan pasokan untuk pasukan mereka yang tinggal di kapal perang tua yang sengaja ditenggelamkan untuk mendukung klaim maritim Manila.

China mengklaim sebagian besar wilayah Laut China Selatan, yang melintasi jalur perdagangan kapal senilai lebih dari $3 triliun setiap tahun. Klaim tersebut mencakup daerah yang juga diklaim oleh Filipina, Vietnam, Indonesia, Malaysia, dan Brunei.

China sebelumnya telah memperingatkan Filipina mengenai konsekuensi atas penyusupan ke wilayah perairannya yang berlaku mulai 15 Juni. Berdasarkan aturan itu, Beijing kembali menerapkan undang-undang 2021 yang mengizinkan garda pantainya menggunakan kekuatan maksimal dalam menghadapi kapal asing di perairan yang mereka klaim.

Aturan baru tersebut memungkinkan penjaga pantai mereka untuk menahan tersangka pelanggar selama 60 hari tanpa terlebih dahulu diproses lewat jalur pengadilan. [ah/rs]

Forum

XS
SM
MD
LG