Puluhan warga Iran di Indonesia, Jumat (28/6), mendatangi rumah pertemuan warga Iran di Jakarta untuk memberikan suara dalam pemilihan presiden Iran. Rumah di Jalan Tulung Agung, di kawasan Menteng, Jakarta Pusat menjadi satu-satunya tempat pemungutan suara (TPS) pemilu Iran di Indonesia.
Rumah yang menjadi TPS itu dijaga tiga polisi. Pemungutan suara yang dijadwalkan dimulai pada pukul 09.30 pagi molor sekitar 20 menit karena Duta Besar Iran untuk Indonesia Mohammad Bouroujerdi yang menjadi pemilih pertama datang terlambat. TPS ini dibuka hingga pukul 16.00.
Ada empat calon presiden Iran untuk menggantikan mendiang Presiden Ebrahim Raisi, setelah dua kandidat lain mundur. Mereka adalah Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Saeed Jalili; Ketua Parlemen Mohammad Baqer Qalibaf; anggota parlemen Masoud Pezeshkian dan Mostafa Pourmohammadi yang seorang pejabat keamanan.
Sedangkan dua calon yang mundur, yakni Amirhossein Ghazizadeh Hashemi yang merupakan mantan wakil presiden di era pemerintahan Presiden Ebrahim Raisi dan eks Wali Kota Teheran, Alireza Zakani.
Berbeda dengan cara pemberian suara di Indonesia yaitu dengan mencoblos kertas suara menggunakan paku, pemungutan suara Iran dilakukan dengan cara menuliskan nama dan nomor urut calon presiden yang dipilih di kertas suara.
Setelah menggunakan hak pilihnya, Duta Besar Iran untuk Indonesia Mohammad Bouroujerdi menjelaskan kepada wartawan bahwa dia bersyurkur pada hari ke-50 setelah wafatnya Presiden Raisi, Iran dapat menggelar pemilihan presiden.
Sesuai konstitusi negara Mullah itu, pemilihan mesti digelar paling lambat 50 hari setelah presiden wafat. Hari ini adalah hari ke-50 kematian Raisi.
"Insya Allah, pemerintahan Iran berikutnya akan segera terbentuk dan segalanya akan menjadi normal di Iran. Kami berharap rakyat Iran, yang sangat bijaksana, dapat memilih presiden yang terbaik bagi Iran," katanya.
Dia mengakui tidak mengetahui berapa jumlah pasti warga Iran yang tinggal di Indonesia. Namun, pihak Kedutaan Besar Iran di Jakarta tahu sebagian besar warga Iran tinggal di berbagai kota dan pulau jauh dari Jakarta. Dia memperkirakan terdapat 500 warga Iran di Jakarta dan sebagian besar dari mereka akan menggunakan hak pilihnya.
Bouroujerdi mengharapkan dengan terbetuknya pemerintahan baru nantinya baik di Iran dan di Indonesia, kedua presiden akan saling melakukan kunjungan. Dia menegaskan lawatan Raisi tahun lalu ke Indonesia merupakan sebuah langkah penting untuk memperkuat hubungan kedua negara.
Dia menyebutkan dalam pemilihan presiden kali ini, ada kurang lebih 61 juta pemilih. Minimum usia untuk memiliki hak pilih di Iran adalah 18 tahun, sedangkan di Indonesia 17 tahun.
Menurut Bouroujerdi, hasil pemilihan presiden sudah bisa diketahui setidaknya satu minggu lagi.
Berkaitan dengan mundurnya dua kandidat presiden, dia mengatakan calon yang lolos seleksi oleh Dewan Konstitusi mempunyai hak dan kebebasan untuk menentukan apakah tetap maju atau akan mundur dari kontestasi. Kandidat bahkan bisa mundur pada hari pemilihan.
Bouroujerdi mengatakan siapa saja bisa mengajukan diri menjadi calon presiden. Syarat menjadi calon presiden antara lain, berusia minimum 40 tahun dan maksimum 70 tahun, memiliki gelar akademik paling tidak gelar magister (S2), dan berpengalaman di pemerintahan setidaknya empat tahun.
Salah satu pemillih bernama Masoud Karamiyan, 72 tahun, mengakui ini kali pertama dia menggunakan hak pilihnya. Dia sudah lama tinggal di Indonesia bekerja sebagai insinyur pertambangan.
Menurutnya, menggunakan hak pilih adalah kewajiban warga negara di negara mana saja.
Ketika ditanya apa harapan Masoud dalam pemilihan presiden kali ini?
"(Saya mengharapkan) hasilnya (perolehan suara) bersih dan jujur. Di tiap pemillihan umum, di tiap negara, bahkan di Amerika, selalu ada pertikaian (mengenai hasil perolehan suara)," ujarnya.
Masoud berharap pemerintahan baru Iran nantinya dapat menggenjot kemajuan di negara itu. Karena itu, perlu mewujudkan pencabutan sanksi ekonomi yang diterapkan Barat selama bertahun-tahun. Dia juga mengharapkan Iran kembali masuk dan diterima di arena internasional seperti negara lainnya. Dia menyebutkan baik bagi Iran untuk bersahabat dengan semua negara.
Pemilih lain bernama Sayed Mostafa Hosseini, seorang qari atau pembaca Al-Quran pria asal Iran yang menjuarai MTQ Internasional Indonesia tahun lalu mengatakan, dia berharap pemerintahan baru nantinya makin memajukan kemakmuran rakyat Iran. Selain itu, mampu membuat Iran akan makin diterima di dunia internasional.
Pengamat Timur Tengah dari Universitas Indonesia Yon Machmudi menjelaskan siapapun yang menang dalam pemilihan presiden Iran pada 28 Junitidak akan ja uh berbeda dengan figur seperti Raisi.
"Walaupun (presiden Iran) itu dipilih secara demokratis, tentu figur-figur itu adalah yang dekat dengan pemimpin spiritual Iran, yaitu Ali Khamenei. Jadi ke depannya tampaknya orang-orang yang dekat dengan Khamenei yang berpotensi untuk terpilih," kata Yon.
Presiden baru Iran dari hasil pemilihan umum nantinya, kata Yon, tidak akan banyak mengubah kebijakan dan akan menyelaraskannya dengan kebijakan-kebijakan yang ada saat ini.
Pemilu Iran pada 28 Juni 2024 digelar menyusul kematian Presiden Ebrahim Raisi dalam kecelakaan helikopter. Helikopter yang membawa Raisi dan rombongan pejabat, termasuk Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian, jatuh di Azerbaijan Timur pada Mei.
Forum