Korea Selatan akan meningkatkan siaran propaganda ke Korea Utara sebagai tanggapan terhadap Pyongyang yang mengirimkan lebih banyak balon pembawa sampah melintasi perbatasan, kata militer Seoul pada Minggu (21/7).
Seoul dan Pyongyang terlibat dalam aksi saling balas. Korea Utara mengirimkan hampir 2.000 balon pembawa sampah ke selatan sejak Mei sebagai aksi balas dendam atas balon propaganda yang dikirimkan para aktivis Korea Selatan.
Sebagai protes terhadap gelombang terbaru balon Korea Utara, militer Korea Selatan mengatakan pihaknya memperluas skala siaran propaganda garis depan.
“Terhitung mulai mulai pukul 13.00, militer kami akan melakukan siaran skala penuh di sepanjang perbatasan seperti yang telah kami peringatkan berulang kali,” demikian pernyataan Kepala Staf Gabungan pada Minggu.
“Korea Utara kembali meluncurkan balon-balon pengangkut sampah,” kata sebuah pernyataan sebelumnya. Balon-balon tersebut terbang menuju bagian utara Gyeonggi.
"Tolong laporkan benda-benda tersebut ke militer atau polisi dan hindari kontak langsung dengan benda-benda tersebut,” kata militer.
Pengiriman balon terbaru ini terjadi tiga hari setelah Seoul mengumumkan pelaksanaan kembali siaran propaganda melalui pengeras suara yang ditujukan kepada Korea Utara. Korea Selatan juga memberikan peringatan bahwa mereka akan memperluas cakupan propaganda jika Korea Utara terus mengirimkan sampah tersebut.
Saat mendeklarasikan dimulainya siaran propaganda skala penuh, Seoul juga memperingatkan bahwa tentara Korea Utara akan "menanggung dampak paling parah akibat tindakan yang meningkatkan ketegangan di wilayah perbatasan".
“Kami dengan sungguh-sungguh memperingatkan bahwa semua tanggung jawab ada pada rezim Korea Utara.”
Balon-balon Korea Utara telah mengganggu lebih dari 100 penerbangan yang membawa 10.000 penumpang, kata seorang anggota parlemen Korea Selatan awal bulan ini.
Sebagai tanggapan, Seoul sepenuhnya menangguhkan perjanjian militer antarkedua negara yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan. Korea Selatan juga mengumumkan pada Juni bahwa mereka kembali melanjutkan siaran propaganda di sepanjang perbatasan.
Selain selebaran anti-Kim yang dikirim dari Korea Selatan, Korea Utara yang terisolasi juga sangat peka terhadap akses masyarakatnya terhadap produk-produk budaya K-Pop. Laporan terbaru dari Pemerintah Korea Selatan mengungkapkan bahwa pada 2022, Korea Utara mengeksekusi seorang pria karena memiliki konten yang terkait dengan Korea Selatan.
Kedua Korea secara teknis masih berperang karena konflik pada 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai. [ah/ft]
Forum