Ukraina menghadapi prospek yang sangat berbeda di bawah calon presiden Amerika Serikat Donald Trump atau Kamala Harris. Namun ketika kampanye mereka sudah mencapai garis akhir, belum ada calon yang menjelaskan dengan pasti, bagaimana rencana mereka menangani perang Rusia terhadap Ukraina. Para pakar mengatakan pada saat bersamaan, medan perang di Ukraina telah berubah secara radikal, memberi lebih banyak kekuatan kepada Ukraina dalam menentukan nasibnya sendiri.
Ibu kota kuno Ukraina tahu benar bagaimana rasanya diombang-ambingkan oleh kekuatan dahsyat, sehingga para analis di sana nampaknya ragu-ragu mengenai kemungkinan masa jabatan kedua mantan Presiden Donald Trump.
Oleksiy Melnyk dari Program Hubungan Luar Negeri dan Keamanan Internasional di Razumkov Center mengatakan, “Ada pendapat luas bahwa kembalinya Trump ke Gedung Putih bukanlah skenario terbaik bagi Ukraina, meskipun ada juga pendapat yang berhati-hati bahwa mungkin tidak seburuk yang diperkirakan.”
Trump mengatakan, ia akan segera mengakhiri perang itu meskipun cawapresnya, JD Vance, pernah mengatakan “tidak terlalu peduli” dengan Ukraina, sehingga membuat rakyat Ukraina tidak yakin apa yang harus mereka pikirkan.
Fakta itu membuat potensi kepresidenan Kamala Harris sebuah kartu bagus bagi negara yang mengenal baik Trump dan Presiden Joe Biden.
Harris bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan mewakili Biden, pada pertemuan puncak keamanan transatlantik. Namun dalam kampanyenya, Harris hanya menyoroti Ukraina dengan singkat dan perbedaannya dengan Trump.
“Trump mendorong Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menyerang sekutu kita dengan mengatakan, Rusia dapat melakukan apa pun yang mereka inginkan. Lima hari sebelum Rusia menyerang Ukraina, saya bertemu dengan Presiden Zelenskyy untuk memperingatkan tentang rencana invasi Rusia. Saya membantu memobilisasi respon dunia di lebih dari 50 negara untuk menjaga diri dari serangan Putin. Dan sebagai presiden, saya akan berdiri teguh bersama Ukraina dan -sekutu NATO kita,” kata Kamala Harris.
Para analis mengatakan Harris kemungkinan akan mengikuti pedoman Biden, “Dukungan bagi Ukraina” dan pernyataan kebijakan luar negeri Trump yang luas masih tetap samar-samar. Contohnya, janji Trump bahwa ia akan mengakhiri perang dalam satu hari.
Andrew Payne, dosen kebijakan luar negeri dan keamanan di City St George Univercity London, mengatakan, “Belum jelas bagaimana ia akan melakukannya. Tentu saja kekhawatirannya, bahwa ia akan meninggalkan Ukraina, memotong dana, dan menekan Zelenskyy ke dalam perundingan yang menguntungkan Putin.”
Namun katanya, medan perang telah berubah seiring keputusan pasukan Ukraina baru-baru ini untuk melakukan serangan lintas perbatasan dan menguasai sebagian kecil wilayah Rusia.
Meskipun para pengamat memperkirakan secara luas bahwa Ukraina tidak akan berusaha atau berhasil menguasai wilayah itu, hal ini merupakan sebuah alat tawar-menawar yang bisa membantu Kyiv tanpa harus tergantung pada siapapun calon presiden yang menang.
Oleh karena itu, ketika keduanya bersaing dalam pemilihan, apa yang mungkin akhirnya terjadi di Ukraina, tidak bergantung pada presiden Amerika – siapa pun dia. [ps/ab]
Forum