Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump, pada Rabu (13/11), telah mengangkat Senator Marco Rubio dari Florida sebagai kandidat untuk mengisi jabatan menteri luar negeri di kabinetnya mendatang.
Penunjukan tersebut membuat Rubio, yang sebelumnya dikenal sebagai pengecam Trump dan kemudian berubah menjadi pembelanya yang paling gigih, menjadi diplomat tertinggi Amerika.
Trump, dalam sebuah pernyataan pada Rabu (13/11), menyebut Rubio sebagai pemimpin yang sangat disegani dan tokoh yang bersuara lantang untuk kebebasan yang “akan menjadi pembela yang kuat untuk negara kita, teman sejati bagi sekutu kita, dan pejuang yang tak kenal gentar dan tidak akan pernah mundur dari musuh-musuh kita.”
Anggota senat yang konservatif itu memliki sikap keras terhadap China, Kuba dan Iran, serta namanya sempat menjadi calon wakil presiden pendamping Trump pada musim panas yang lalu.
Di Kongres, Rubio adalah wakil ketua dari Komite Intelijen Senat dan anggota Komite Hubungan Luar Negeri.
Dia mendorong pendekatan yang lebih tegas terhadap China.
Rubio mengatakan kepada wartawan bahwa ia merasa terhormat dan menyebut pencalonannya "sebagai tanggung jawab yang besar."
Jika pencalonan Rubio, yang berusia 53 tahun dan putra dari seorang imigran asal Kuba, dikonfirmasi oleh Senat, dia akan menjadi menteri luar negeri pertama dari etnis Latin. Dalam posisinya nanti, dia akan ditugaskan melaksanakan kebijakan luar negeri Trump yaitu ‘America First.’
Setelah invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, Rubio menjadi pendukung vokal Kyiv. Namun baru-baru ini dia menyerukan perundingan guna mengakhiri konflik ,dan pada bulan April lalu ia menentang paket bantuan militer senilai $95 miliar untuk Ukraina.
Rubio adalah seorang pendukung kuat Israel, yang sejalan dengan sikap Trump. Dia juga menunjukkan sikap keras terhadap rezim otoriter di Kuba, Nikaragua, dan Venezuela; juga terhadap kepemimpinan komunis di China. [jm/lt/em]
Forum