Suriah yang baru diakui dan didukung oleh Amerika Serikat. Itu pernyataan pemerintahan Biden di tengah ketidakpastian yang mendalam pasca jatuhnya Presiden Bashar al-Assad.
Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengatakan, “Apa yang ingin kami lihat dalam hal pemerintahan di Suriah, adalah pemerintahan yang dipandang kredibel dan sah, berkelanjutan, memenuhi aspirasi rakyat Suriah, dan itulah hasil dari proses yang dipimpin Suriah yang membawa mereka ke sana.”
Hayat Tahrir al-Sham, kelompok pemberontak yang menggulingkan Assad, ditetapkan AS sebagai kelompok teroris asing. Ada imbalan $10 juta untuk informasi yang mengarahkan pada penangkapan pemimpinnya, Abu Mohammed al-Golani.
Usai menggulingkan Assad, Mohammed al-Golani mengatakan, “Kemenangan ini, saudara-saudaraku, adalah babak baru dalam sejarah seluruh umat Islam. Ini adalah momen penting bagi kawasan ini.”
Dalam beberapa tahun terakhir, Golani menjauhkan diri dari ideologi ekstremis. Namun ia menyampaikan pidato kemenangannya pada hari Minggu dari sebuah masjid kuno Sunni di Damaskus, bukan dari istana presiden – sebuah tanda yang mengkhawatirkan bagi sebagian orang, kata Michael Rubin, seorang cendikiawan di American Enterprise Institute.
“Di saluran Telegram milik pemberontak, ada pernyataan yang mengatakan, ‘Kami telah merebut Masjid Umayyah;’ selanjutnya, ‘kami akan pergi ke Al Aqsa,’ yang tentu saja berada di Yerusalem; lalu 'kita akan pergi ke Ka'bah,' yang berada di Arab Saudi,” jelas Rubin.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden bergerak cepat dengan melancarkan serangan udara terhadap sasaran-sasaran ISIS di Suriah pada hari Minggu. Dan, pada hari Rabu, ia mengirimkan diplomat utamanya ke Turki dan Yordania untuk berkonsultasi dengan para pemimpin.
Namun pada 20 Januari, Biden akan digantikan oleh Donald Trump, yang mengisyaratkan tidak ingin ikut campur. Di media sosial, Trump memperingatkan, “Biarkan saja. Jangan terlibat!”
Namun Amerika Serikat sudah terlibat. Amerika memiliki sekitar 900 tentara yang dikerahkan di Suriah dan mendukung kelompok pemberontak Kurdi Suriah. Washington juga memiliki hubungan dekat dengan semua negara tetangga Suriah -- Irak, Lebanon, dan sekutu-sekutu Amerika Serikat, yakni Israel, Yordania, dan Turki.
Ryan Crocker, mantan duta besar Amerika Serikat untuk Suriah, tidak setuju dengan pendekatan Trump. “Jangan sampai kita melepaskan diri sepenuhnya. Namun jika Anda tidak ingin terlalu terlibat, sebagai Amerika Serikat, inilah saat yang tepat untuk bekerja sama erat dengan mitra-mitra di kawasan tersebut,” jelasnya.
Tidak jelas apakah berdasarkan doktrin “Dahulukan Amerika” yang diusung Trump, Amerika Serikat akan mencapai apa yang diinginkan Biden, yakni pemerintahan masa depan Suriah yang inklusif dan non-sektarian.
Sementara itu, para pemangku kepentingan lainnya telah memulai langkah selanjutnya. Assad didukung oleh Moskow, yang sudah melobi untuk mempertahankan pangkalan militer Rusia di Suriah.
Di utara, warga Kurdi Suriah mengungsi ketika pemberontak yang didukung Turki menyerang para pejuang Kurdi yang didukung AS, yang dianggap Ankara sebagai sekutu gerakan separatis.
Saat ini, Iran telah kehilangan banyak pengaruhnya. Terutama ketika Israel melancarkan serangan di berbagai penjuru Suriah, yang semakin melemahkan kemampuan militer negara yang dulunya merupakan sekutu setia Teheran itu. [ab/ka]
Forum