TAKENGON, ACEH TENGAH —
Sebagai bagian dari Tahun Kunjungan Aceh (Visit Aceh Year 2013), provinsi tersebut menyelenggarakan Aceh Coffee Festival yang diikuti oleh sejumlah produsen dan eksportir kopi di tanah air.
Digelar di Taman Sari Banda Aceh pada 22-24 November, festival ini telah berlangsung sejak 2011 dan mengangkat profil dan potensi Aceh sebagai salah satu penghasil kopi terkemuka dunia dan berkualitas internasional.
Salah seorang panitia festival Fachri Artoza mengatakan, Selasa (19/11), acara ini merupakan sarana promosi bagi pengusaha dan eksportir kopi yang ada di Aceh agar lebih dikenal di dunia.
“Acara ini sebagai kegiatan promosi bagi warga Aceh dan para pelancong, hadir pelaku bisnis mancanegara dan kalangan diplomatik,” ujarnya.
Panitia menyebutkan Aceh Coffee Festival akan diikuti oleh produsen dan pengelola industri kopi dari Bireuen, Bener Meriah dan kabupaten Aceh Tengah, menampilkan produk-produk unggulan dari berbagai wilayah di Aceh, terutama dari wilayah Gayo.
Praktisi bisnis lokal Uzair mengatakan, beberapa pelaku industri kopi arabika Gayo asal Aceh Tengah menjadi peserta festival favorit tahun ini.
“Dari Aceh Tengah (Gayo) akan hadir lima produsen kopi. Festival tahun ini lebih terkonsep,” ujarnya.
Dalam festival tersebut akan diadakan kursus singkat meracik kopi yang dipandu oleh barista terkemuka nasional, lokakarta dan seminar.
Ketua Umum DPP Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), Irfan Anwar baru-baru ini mengatakan, pihaknya menargetkan kinerja ekspor kopi nasional pada 2013 bisa mencapai 580 ribu ton.
Pada 2012 ekspor biji kopi nasional mencapai 530 ribu ton dengan nilai ekspor mencapai Rp 17 triliun. Angka tersebut terus meningkat sejak 2010. Pada 2009, ekspor biji kopi nasional sempat melambat akibat perubahan iklim.
Koordinator Pemuda Peduli Wisata Aceh Saniah Syarifah memuji komitmen pemerintah yang terus mendorong dan memperkuat promosi produk-produk (komodit) unggulan ekspor Aceh yang diselaraskan dengan agenda pariwisata nasional.
“Kita sangat kaya (produk) Aceh, ini bergantung pemerintah mempromosikan komoditi unggulan seperti kopi di level nasional dan global,” ujarnya.
Digelar di Taman Sari Banda Aceh pada 22-24 November, festival ini telah berlangsung sejak 2011 dan mengangkat profil dan potensi Aceh sebagai salah satu penghasil kopi terkemuka dunia dan berkualitas internasional.
Salah seorang panitia festival Fachri Artoza mengatakan, Selasa (19/11), acara ini merupakan sarana promosi bagi pengusaha dan eksportir kopi yang ada di Aceh agar lebih dikenal di dunia.
“Acara ini sebagai kegiatan promosi bagi warga Aceh dan para pelancong, hadir pelaku bisnis mancanegara dan kalangan diplomatik,” ujarnya.
Panitia menyebutkan Aceh Coffee Festival akan diikuti oleh produsen dan pengelola industri kopi dari Bireuen, Bener Meriah dan kabupaten Aceh Tengah, menampilkan produk-produk unggulan dari berbagai wilayah di Aceh, terutama dari wilayah Gayo.
Praktisi bisnis lokal Uzair mengatakan, beberapa pelaku industri kopi arabika Gayo asal Aceh Tengah menjadi peserta festival favorit tahun ini.
“Dari Aceh Tengah (Gayo) akan hadir lima produsen kopi. Festival tahun ini lebih terkonsep,” ujarnya.
Dalam festival tersebut akan diadakan kursus singkat meracik kopi yang dipandu oleh barista terkemuka nasional, lokakarta dan seminar.
Ketua Umum DPP Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), Irfan Anwar baru-baru ini mengatakan, pihaknya menargetkan kinerja ekspor kopi nasional pada 2013 bisa mencapai 580 ribu ton.
Pada 2012 ekspor biji kopi nasional mencapai 530 ribu ton dengan nilai ekspor mencapai Rp 17 triliun. Angka tersebut terus meningkat sejak 2010. Pada 2009, ekspor biji kopi nasional sempat melambat akibat perubahan iklim.
Koordinator Pemuda Peduli Wisata Aceh Saniah Syarifah memuji komitmen pemerintah yang terus mendorong dan memperkuat promosi produk-produk (komodit) unggulan ekspor Aceh yang diselaraskan dengan agenda pariwisata nasional.
“Kita sangat kaya (produk) Aceh, ini bergantung pemerintah mempromosikan komoditi unggulan seperti kopi di level nasional dan global,” ujarnya.