Tautan-tautan Akses

Afrika Selatan Tangguhkan Vaksinasi AstraZeneca


Para relawan menunggu untuk mengikuti uji klinis vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh AstraZeneca, di Rumah Sakit Chris Sani Baragwanath, di Soweto, di luar Kota Johannesburg, Afrika Selatan, 30 November 2020. (Foto: AP Photo/Jerome Delay)
Para relawan menunggu untuk mengikuti uji klinis vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh AstraZeneca, di Rumah Sakit Chris Sani Baragwanath, di Soweto, di luar Kota Johannesburg, Afrika Selatan, 30 November 2020. (Foto: AP Photo/Jerome Delay)

Afrika Selatan menangguhkan kampanye vaksinasi COVID-19 pada Minggu (7/2) setelah sebuah studi baru mengungkap bahwa vaksin AstraZeneca kurang efektif terhadap varian virus yang ditemukan di negara itu.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Senin ini (8/2) mengadakan rapat mengenai perkembangan terbaru di Afrika Selatan.

Studi itu diadakan oleh Universitas Witwatersrand di Johannesburg dan belum melalui proses penelaahan sejawat (peer review). Studi itu menyimpulkan bahwa vaksin Inggris itu hanya memberikan "perlindungan terbatas terhadap kasus-kasus moderat yang disebabkan oleh varian Afrika Selatan, pada orang-orang dewasa muda."

Berita itu merupakan pukulan bagi Afrika Selatan, di mana lebih dari 46.000 warganya meninggal dunia akibat virus itu. Negara itu sudah berencana untuk mulai memvaksinasi populasinya dengan sejuta dosis vaksin AstraZeneca dalam beberapa hari mendatang. Namun,studi itu mendapati bahwa vaksin itu hanya 22 persen efektif dalam kasus-kasus moderat akibat varian Afrika Selatan itu.

Studi itu tidak mempelajari dampak vaksin terhadap kasus-kasus yang parah. Varian itu telah ditemukan di sedikitnya 32 negara lain termasuk AS.

AstraZeneca mengatakan pada Minggu (7/2) perusahaannya sedang mengembangkan sebuah vaksin lain yang akan lebih efektif terhadap varian Afrika Selatan itu. Vaksin yang sedang dikembangkan itu kemungkinan selesai pada musim gugur mendatang.

AstraZeneca hari Minggu (7/2) menyatakan sedang mengembangkan vaksin lain yang akan lebih efektif terhadap varian Afrika Selatan, yang diperkirakan selesai pada musim gugur mendatang.

Jutaan warga Meksiko frustrasi pekan lalu dengan peluncuran situs web negara itu untuk mendaftarkan orang-orang yang ingin mendapatkan vaksin virus corona. Kelompok pertama yang ditetapkan untuk menggunakan situs itu untuk mengatur waktu vaksinasi adalah para warga lansia.

Seorang lelaki mengatakan kepada surat kabar Inggris the Guardian bahwa ia “melewatkan waktu tiga hari bergumul dengan situs web itu” untuk mendapatkan waktu vaksinasi bagi ibunya. Ia mengatakan kepada harian itu bahwa ibunya tidak akan mampu melakukannya tanpa bantuannya.

Peluncuran situs web yang tidak berlangsung lancar itu mengecewakan di Meksiko, yang memiliki catatan jumlah kematian akibat virus corona terbanyak ketiga. Meksiko mencatat lebih dari 166.200 kematian akibat COVID. Hanya Brasil dan AS yang memiliki angka lebih dari itu, masing-masing dengan 231,534 dan 463.477 kasus, sebut Johns Hopkins Coronavirus Resource Center.

AS tetap berada di tempat teratas daftar yang dikeluarkan Hopkins itu dengan jumlah kasus infeksi COVID terbanyak. AS kini memiliki lebih dari 27 juta kasus, diikuti India dengan 10,8 juta dan Brasil dengan 9,5 juta kasus. [vm/pp], [uh/ab]

Recommended

XS
SM
MD
LG