Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam siaran pers, Rabu (27/1), menyatakan bahwa sekitar 1,3 juta anak Etiopia terus menderita meskipun upaya kemanusiaan dilakukan, 12 minggu setelah konflik di Wilayah Tigray.
PBB mengatakan ketidakmampuan Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) dalam mengkaji sepenuhnya dampak konflik pada anak-anak akibat pembatasan akses, bisa memperburuk kondisi mereka.
“Pengetahuan kita mengenai situasinya masih sangat terbatas. Keprihatinan kita adalah situasi yang tidak kita ketahui itu mungkin bisa lebih buruk lagi," kata PBB.
Pengetahuan terbatas yang diperoleh dari akun organisasi mitra dan kajian PBB menunjukkan, layanan perawatan kesehatan telah terhenti karena hancurnya fasilitas kesehatan atau penjarahan pada pasokan-pasokan penting.
Siaran pers tersebut mengatakan, akibatnya, imunisasi juga terhenti di wilayah Etiopia yang bergejolak itu. Akses pada air bersih dan sistem sanitasi terbatas akibat kelangkaan bahan bakar di wilayah itu.
Anak-anak sudah kembali ke sekolah di sebagian besar Etiopia setelah pembatasan Covid-19 dicabut kecuali di Tigray, di mana mereka terus menderita kekurangan gizi akut akibat pertempuran sejak November antara pemerintah dan pasukan regional.
Menurut sebuah studi organisasi mitra UNICEF pada Januari, tingkat malnutrisi akut di antara anak-anak di bawah usia lima tahun mencapai 10 persen di wilayah Shire, Tigre. [my/pp]