Sebuah kelompok bantuan internasional mengatakan, Jumat (11/12), seorang stafnya tewas dalam konflik di wilayah Tigray, Ethiopia.
Komite Penyelamatan Internasional (IRC) mengatakan “komunikasi dengan wilayah tersebut sangat sulit dan kami masih berusaha mengumpulkan dan mengonfirmasi detail seputar peristiwa yang menyebabkan kematian rekan kami '' di kamp pengungsi Hitsats di Shire.
Wilayah Tigray sebagian besar masih tertutup dari dunia luar. Organisasi-organisasi kemanusiaan memperingatkan kemungkinan terjadinya kelaparan yang makin parah, serangan terhadap pengungsi dan kelangkaan obat-obatan dan kebutuhan lainnya setelah pertempuran antara pemerintah Ethiopia dan kelompok pemberontak di Tigray berlangsung lebih dari sebulan.
Pemerintah Ethiopia menegaskan bahwa pihaknya bermaksud untuk mengelola sendiri proses pengiriman bantuan ke Tigray, dan menolak campur tangan pihak luar sementara pertempuran dilaporkan terus berlanjut meskipun pemerintah telah menyatakan kemenangannya.
Pemerintah, Jumat (11/12) menyatakan telah mulai mengirimkan bantuan ke daerah-daerah di Tigray yang telah dikuasainya, termasuk Shire dan ibu kota Tigray, Mekele, sebuah kota berpenduduk setengah juta orang.
“Pernyataan yang menyiratkan bahwa bantuan kemanusiaan terhambat karena pertempuran militer aktif di beberapa kota dan daerah sekitarnya di Tigray adalah tidak benar, dan merusak pekerjaan penting yang dilakukan oleh Pasukan Pertahanan Nasional untuk menstabilkan wilayah, '' kata kantor Perdana Menteri Abiy Ahmed. Tembakan sporadis, kata kantor itu, “jangan disalahartikan sebagai konflik aktif. ''
Pemerintah Ethiopia dan pemerintah wilayah Tigray masing-masing menganggap satu sama lain tidak sah. Perselisihan antara keduanya berakar dari gesekan yang berkembang selama berbulan-bulan sejak Abiy menjabat pada 2018 dan mengesampingkan Front Pembebasan Rakyat Tigray yang sebelumnya memiliki pengaruh yang dominan.
Ribuan orang, termasuk warga sipil, diperkirakan tewas akibat pertempuran yang dimulai 4 November itu. Pertempuran itu sendiri dikhawatirkan akan mengguncang kestabilan kawasan Tanduk Afrika.
IRC dalam sebuah pernyataannya menyerukan gencatan senjata segera oleh semua pihak. Kelompok bantuan itu sedang berusaha membantu 96.000 pengungsi dari Eritrea yang berlindung di kamp-kamp dekat perbatasan dengan negara tertutup itu. Makanan di kamp-kamp tersebut dilaporkan habis beberapa hari yang lalu, dan ribuan pengungsi dilaporkan telah pergi untuk mencari bantuan.
Frustrasi di kalangan kelompok-kelompok kemanusiaan meluas karena wilayah Tigray sebagian besar masih tidak dapat dijangkau. Truk-truk yang sarat pasokan bantuan telah menunggu selama berpekan-pekan di perbatasannya.
Pemerintah Ethiopia mengatakan bertanggung jawab memastikan keamanan upaya-upaya kemanusiaan. Namun, konflik tersebut dan ketegangan-ketegangan etnis yang terkait telah membuat banyak penduduk Tigray mengkhawatirkan niat pasukan pemerintah. [ab/uh]