Lebih dari 50 ribu warga tiba di bagian timur Sudan sejak awal November lalu, melarikan diri dari konflik antara pemerintah dan pasukan di Tigray, di utara negara itu.
Pihak berwenang Sudan menempatkan para pengungsi ini di dua kamp dan berencana membangun lebih banyak kamp lagi. Banyak organisasi lokal dan internasional yang membantu para pengungsi dengan memberikan kebutuhan pokok seperti air bersih dan pangan. Sebagian pengungsi tinggal di desa-desa di perbatasan Hashaba dan Hamdaiet, atau bersama keluarga mereka di Sudan.
Perdana Menteri Abiy Ahmed mengatakan pertempuran di Tigray telah berakhir dan para pengungsi dapat kembali pulang ke rumah mereka. Tetapi para pengungsi di Sudan mengatakan itu terlalu dini.
Salah seorang pengungsi, Haminat Dibrsyo mengatakan “saya baru akan kembali jika sudah aman. Selama belum aman, saya masih akan tinggal bersama anak-anak saya di Sudan.”
Warga lainnya, Ellol Gabriot, mengatakan ia dan keluarganya belum berencana kembali ke rumah mereka karena perang belum berakhir.
Lainnya mengatakan mereka baru akan kembali jika Perdana Menteri Abiy Ahmed mundur. “Selama ia masih berkuasa kami tidak akan kembali,” ujar Hailey Tiki.
Sudan dan telah melangkan perundingan resmi pekan ini untuk membuat garis demarkasi di perbatasan darat yang disengketakan, termasuk yang berbatasan dengan Tigray. [em/pp]