Tautan-tautan Akses

Aktivis Taiwan Akui Tekanan Internasional Bantu Pembebasannya dari China


Aktivis hak asasi manusia Taiwan Lee Ming-che duduk selama sesi pengadilan di Pengadilan Rakyat Menengah Yueyang di Yueyang di Provinsi Hunan, China tengah. (Foto: via AP video)
Aktivis hak asasi manusia Taiwan Lee Ming-che duduk selama sesi pengadilan di Pengadilan Rakyat Menengah Yueyang di Yueyang di Provinsi Hunan, China tengah. (Foto: via AP video)

Seorang aktivis HAM Taiwan yang menjalani hukuman lima tahun penjara di China mengatakan bahwa tekanan internasional dan pembelaan tak kenal lelah oleh istrinya berhasil memastikan kepulangannya yang aman ke Taiwan.

''Saya tahu bahwa keselamatan dan keamanan hidup saya diperjuangkan oleh banyak orang, terima kasih kepada semua orang, saya tidak pernah merasa ditinggalkan atau sendirian,'' kata Lee Ming-che pada konferensi pers, Selasa (10/5), dalam penampilan publik pertamanya sejak dibebaskan dari penjara.

Lee Ming-che ditangkap oleh otoritas China pada 2017 dan didakwa melakukan kegiatan subversi. Penangkapannya adalah penuntutan pidana pertama di China terhadap seorang pekerja lembaga nirlaba sejak Beijing mengesahkan undang-undang yang memperketat kontrol atas organisasi nonpemerintah asing pada 2016.

Aktivis hak asasi manusia Taiwan Lee Ming-che duduk selama sesi pengadilan di Pengadilan Rakyat Menengah Yueyang di Yueyang di Provinsi Hunan, China tengah. (Foto: via AP video)
Aktivis hak asasi manusia Taiwan Lee Ming-che duduk selama sesi pengadilan di Pengadilan Rakyat Menengah Yueyang di Yueyang di Provinsi Hunan, China tengah. (Foto: via AP video)

Penangkapannya menunjukkan bahwa China tidak ragu mengadili warga Taiwan karena aktivisme politik, terlepas dari bahaya yang ditimbulkannya terhadap hubungan lintas-Selat. Penangkapannya juga meningkatkan kesadaran publik di Taiwan tentang konsekuensi nyata dari pemerintahan otoriter China terhadap warga Taiwan karena hubungan antara Taiwan dan China memburuk dengan terpilihnya Presiden Tsai Ing-wen.

China mengklaim Taiwan adalah bagian dari wilayah nasionalnya dan tidak mengesampingkan kemungkinan menggunakan kekerasan untuk membawa pulau itu di bawah kekuasaannya. Taiwan, dalam praktiknya, memiliki pemerintahan sendiri.

Lee sebelumnya sering memberikan kuliah online tentang demokratisasi Taiwan dan mengelola dana untuk keluarga tahanan politik di China yang didirikan beberapa temannya.

“Saya melakukan apa yang saya bisa, seperti menggunakan kartu kredit saya untuk membeli beberapa buku,” katanya, yang kemudian ia kirimkan ke teman-teman di China. Ia juga memberikan sumbangan kepada keluarga tahanan politik. ''Ini bukan untuk mencampuri urusan internal negara. Semua ini hanyalah cara kepedulian kemanusiaan.''

Tidak diketahui pasti berapa banyak orang Taiwan yang ditahan di penjara China, karena banyak keluarga memilih untuk tetap diam dengan harapan bisa membebaskan orang yang mereka cintai.

Hal ini bertolak belakang dengan kasus Lee. Dalam lima tahun terakhir, istri Lee, Ching-yu bekerja dengan organisasi-organisasi nirlaba lokal untuk meningkatkan kesadaran tentang kasus suaminya. Ia juga mencari bantuan dari pemerintah-pemerintah demokratis asing, dari Amerika Serikat hingga Inggris. Lee juga diwawancara banyak media tentang apakah dia bisa mengirim surat kepada suaminya saat di penjara dan bagaimana kesehatannya.

Upaya terus-menerus itu, kata keduanya, membuahkan hasil. “Dukungan internasional benar-benar dapat membawa perubahan nyata dalam perlakuan terhadap seorang tahanan politik di China,'' kata Lee Ming-che. [ab/uh]

Recommended

XS
SM
MD
LG