Tautan-tautan Akses

Albania Tawarkan Kejayaan Udara Era Komunis Kepada Para Kolektor


MIG-21 Yugoslavia di Slatina, Kosovo (Foto: dok).
MIG-21 Yugoslavia di Slatina, Kosovo (Foto: dok).

Albania mungkin adalah tempat yang tepat bagi para kolektor pesawat antik. Saat ini pemerintahnya sedang bersiap untuk melelang pesawat-pesawat tua untuk menutupi biaya modernisasi militernya.

Apabila anda ingin membeli pesawat tempur bekas, Albania mungkin adalah tempat yang tepat saat ini.

40 pesawat buatan Uni Sovyet dan China yang sudah ketinggalan jaman, yang dahulu terbang bergemuruh di atas angkasa Eropa yang paling eksklusif, sekarang akan dijual. Pilot-pilot Albania adalah anggota elit militer terhormat yang memiliki penguji makanannya sendiri dan ditugaskan oleh rezim komunis Albania yang paranoid untuk menghalangi musuh yang tak terhingga yang sesungguhnya tidak pernah menginvasi negara yang terletak di tepi Laut Adriatik.

Saat ini Albania adalah anggota NATO dan menyelenggarakan lelang untuk jet-jet nya yang mulai berkarat dengan maksud untuk menutupi biaya modernisasi kekuatan militernya dan untuk menghemat tempat di pangkalan-pangkalan udaranya. Pemerintahan Sosialis mengatakan mereka telah menerima minat serius dari para kolektor dunia penerbangan dan museum-museum di luar negeri, saking banyaknya sehingga mereka memundurkan tanggal awal lelang dan mempertimbangkan untuk meningkatkan tawaran awal lelang, yang awalnya dipatok pada 1,1 juta hingga 1,9 juta leks ($8.600-$14.800).

“Ini merupakan sebuah kejutan untuk kami,” ujar Menteri Pertahanan Mimi Kodheli kepada The Associated Press, dengan menyatakan adanya minat “membludak” dari para penawar prospektif di Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Italia, dan negara-negara lainnya.

Di sudut pangkalan udara Rinasi di luar ibukota Tirana, 11 pesawat MiG-17 dan MiG-19 yang sudah mulai usang diparkir dalam barisan yang rapi, dijaga oleh dua petugas militer. Cat abu-abu perak dengan dengan lingkaran merah, hitam, dan merah mulai memudar, bannya dalam keadaan kempis, senjatanya berkarat dan beberapa dari kanopi kacanya pecah.

Mantan mekanik jet Vasil Jongari, 55 tahun, tampaknya hampir merasa malu untuk menunjukkan pesawat-pesawat ini kepada para wartawan yang berkunjung ke sana.

“Senantiasa ada nostalgia yang terkandung di dalamnya,” ujarnya, sambil mengusap senjata 32 milimeter dari MiG-19. “Namun mereka tidak dapat disimpan hanya karena keinginan. Mereka butuh uang, dan uanglah yang tidak kami miliki.”

Ilirjan Kola, 61 tahun, yang menerbangkan pesawat AU Albania dari MiG-15 hingga MiG-19 dari tahun 1976 hingga 1991, mengatakan pesawat-pesawat begitu mahal untuk dioperasikan.

“Biaya operasional MiG mahal,” ia mengatakan pada The Associated Press. “Pesawat MiG-19 bermesin ganda menghabiskan 52 liter bahan bakar per menitnya. Dengan jangka waktu penerbangan normal di kisaran 30-40 menit, bayangkan biaya yang harus dikeluarkan … lebih baik apabila sudah mereka jual sejak dulu.”

AU Albania berdiri tahun 1951 dan menerima pesawat-pesawat MiG dari Uni Sovyet hingga 1962. Setelah pemimpin komunis Enver Hoxha memutuskan hubungan dengan Rusia, negara ini terus mendapatkan pasokan pesawat dan suku cadang dari Komunis China hingga 1977, ketika Albania juga memutuskan hubungan dengan China.

Sekitar 160 pilot Albania lulus dari akademi militer di barat daya Vlora, dan dahulu mencatatkan sekitar 80 jam terbang setiap tahun. Saat ini hanya lima yang masih mengabdi, dan sekarang keseluruhannya menerbangkan helikopter.

“Kami mendapatkan hak istimewa saat itu, dengan makanan yang dipilih secara khusus, tempat tinggal, perawatan kesehatan, dan liburan,” ujar Kola. Ia mengatakan bahan makanan dipasok dari ladang khusus yang ada dekat pangkalan udara dimana ada dokter yang melakukan uji rasa untuk mereka secara harian.

“(Tidak) ada bedanya dengan apa yang mereka lakukan dengan makanan yang diperuntukkan bagi Hoxha,” ujar Kola.

Pada saat tumbangnya rezim komunis pada tahun 1990, angkatan udara memiliki 200 jet dan 40 helikopter, disamping juga pesawat transpor IL-14, yang dahulunya digunakan oleh para pejabat puncak dari rezim yang berkuasa, yang kemudian dijual sebagai besi tua lima tahun yang lalu.

Tujuh MiG dihancurkan dan suku cadangya dicuri pada tahun 1997, ketika pangkalan-pangkalan militer di seluruh negeri dijarah selama kerusuhan yang diakibatkan skema investasi piramida yang gagal yang membuat banyak orang Albania kehilangan tabungan simpanannya.

Beberapa jet terus diterbangkan setelah ketertiban berhasil dipulihkan, namun sebuah kecelakaan maut di pangkalan udara ini di tahun 2004 mendorong dilaksanakannya evaluasi. Penerbangan perpisahan dilakukan pada tahun 2005, ujar Jongari.

Albania bergabung dengan NATO di tahun 2009, dan sekarang armada pesawat militernya terdiri dari helikopter-helikopter buatan negara Barat – empat helikopter Cougar buatan Perancis, tiga helikopter EC145s buatan Jerman, dan 13 helikopter buatan Italia masing-masing tipe AB205, AB206, dan A109.

Pesawat yang akan dilelang pada tanggal yang belum ditentukan termasuk di antaranya lima jenis jet militer: Yak-18, MiG-15, MiG-17, MiG-19, dan MiG-21, disamping juga helikopter angkut Mi-4. Sebagian besar berasal dari tahun 1950-an.

“Kami dapat memanfaatkan uangnya untuk memodernisir angkatan bersenjata kami,” ujar Kodheli, menteri pertahanan.

Angkatan Darat Albania telah menyingkirkan semua kendaraan angkut antik era Blok Timur, tank, dan kendaraan lapis baja pengangkut pasukan, di samping juga senapan serbu infantri AK-47 dan amunisinya, sebagian besar dijual sebagai besi bekas.

Kodheli berujar lelang ini akan berfungsi sebagai uji pasar. Apabila berhasil, Albania memiliki lebih dari 100 pesawat lain yang akan dijual suatu hari nanti. [ww]

Recommended

XS
SM
MD
LG