Departemen Perdagangan AS hari Rabu (15/1) mengumumkan akan menerapkan kontrol ekspor baru terhadap peralatan bioteknologi tertentu dengan mengutip alasan keamanan nasional terkait dengan kecerdasan buatan (AI) dan sains data.
Departemen tersebut memperingatkan bahwa China dapat menggunakan teknologi peralatan bioteknologi untuk meningkatkan kemampuan militernya dan membantu mendesain senjata baru melalui penggunaan AI.
Menurut departemen itu, teknologi tersebut memiliki banyak penerapan, termasuk kemampuannya untuk dimanfaatkan guna “meningkatkan kinerja manusia, antarmuka (interface) otak-mesin, materi sintetis yang terinspirasi secara biologis, dan kemungkinan senjata biologi.”
Sanksi-sanksi itu praktis membatasi pengiriman teknologi ke negara-negara tanpa lisensi AS, seperti China.
Kontrol tersebut berlaku untuk parameter sitometer aliran dan peralatan spektometri massa tertentu, yang menurut Departemen Perdagangan dapat “menghasilkan data biologis bermuatan dan berkualitas tinggi, termasuk yang sesuai untuk digunakan memfasilitasi pengembangan AI dan peralatan desain biologis.”
Kedutaan Besar China di Washington pekan lalu mengatakan bahwa Beijing “menentang tegas pengembangan, kepemilikan atau penggunaan senjata biologi oleh negara mana pun.”
Langkah terbaru AS ini mengikuti keputusan kebijakan baru-baru ini yang mencerminkan target luas Washington untuk membatasi akses Beijing ke data dan teknologi AS.
Washington hari Senin lalu mengumumkan akan mulai memperketat akses Beijing ke ekspor teknologi dan chip AI dengan memberlakukan regulasi baru, yang membatasi jumlah chip yang dapat diekspor ke beberapa negara, di antaranya China, Rusia, Iran dan Korea Utara.
Bulan ini, larangan terhadap media sosial populer TikTok milik China direncanakan akan mulai berlaku karena kekhawatiran AS terkait potensinya membagikan data yang sensitif dengan pemerintah China. [uh]
Forum