Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry mengatakan Washington dan Beijing akan memberlakukan sanksi terhadap Korea Utara sebagai hukuman atas program senjata nuklir dan rudal balistik baru-baru ini. Namun, China dan Amerika tampaknya tetap berada di jalan buntu mengenai klaim teritorial China di Laut China Selatan.
China, yang merupakan sekutu dan penyumbang utama untuk Korea Utara, mendukung sanksi lebih keras terhadap Korea Utara itu.
Sementara itu, Kerry menyerukan semua negara yang memiliki klaim territorial tumpang tindih di Laut Cina Selatan agar “menahan diri" dan menyelesaikan perbedaan melalui diplomasi. Ketegangan semakin meningkat di kawasan itu karena tindakan agresif China membangun instalasi militer di pulau-pulau dan terumbu karang tak berpenghuni di Laut China Selatan, yang sebagian juga diklaim oleh Taiwan, Vietnam, Filipina, Brunei dan Indonesia.
Perdagangan bernilai sekitar $5 triliun setiap tahun melewati Laut China Selatan, yang juga diyakini memiliki cadangan minyak dan gas yang signifikan. Beijing dilaporkan ingin mendirikan Zona Identifikasi Pertahanan Udara di beberapa wilayah udara kawasan Laut China Selatan, setelah marah dengan penerbangan pengintaian Amerika di kawasan itu. Kerry menebut tindakan tersebut China itu sebagai “tindakan provokatif dan menciptakan ketidakstabilan.”
Kerry mengatakan dia dan Menteri Luar Negeri China Yang Jiechi menegaskan kembali komitmen pemerintah masing-masing “untuk menegakkan kebebasan navigasi dan penerbangan di Laut China Selatan. [lt]