Organisasi HAM ini telah memperingatkan satu tahun lagi demonstrasi protes dan penindasan pemerintah di Timur Tengah dan Afrika Utara, kalau penguasa kawasan itu tidak mengusahakan demokrasi dan hak azasi bagi rakyat mereka.
Dalam laporan yang dikeluarkan di London hari Senin, organisasi itu menggambarkan bagaimana pemerintah negara-negara di seluruh kawasan itu dalam tahun 2011 rela mengerahkan kekerasan ekstrim dalam usaha untuk melawan seruan yang bersejarah akan reformasi fundamental. Tetapi, menurut Amnesty gerakan-gerakan protes telah menunjukkan bahwa mereka tidak mau tertipu oleh reformasi yang hampir tidak mendatangkan perbedaan.
Kebangkitan massal yang disulut oleh pembakaran diri seorang pedagang sayur Tunisia yang melanda dunia Arab tahun lalu mengakibatkan lengsernya presiden Zine el-Abidine Ben Ali di Tunisia, Hosni Mubarak di Mesir dan Moammar Gaddafi di Libya. Amnesty meminta kepada negara-negara tersebut untuk memastikan pelanggaran masa lampau tidak terulang lagi.
Laporan itu menunjukkan kebijakan-kebijakan pemerintah negara-negara lain, terutama Suriah, yang tetap bertekad untuk bertahan, berapapun korban jiwa dan martabat yang jatuh.
Amnesty mengatakan badan-badan internasional dan regional seperti Uni Afrika, Liga Arab dan Uni Eropa telah memberi tanggapan yang berbeda-beda dan telah gagal memahami dalamnya tantangan tersebut.
Namun demikian, Amnesty mengatakan, keberanian rakyat biasa untuk memerangi rasa takut dan memperjuangkan terus martabat dan keadilan adalah harapan kita di tahun 2012.