Amnesty International, dalam sebuah laporan yang dirilis Selasa (3/12), memperingatkan bahwa perang yang menghancurkan Yaman telah secara khusus berdampak pada sekitar 4,5 juta orang penyandang disabilitas di negara tersebut.
Kelompok HAM yang berkantor di London meminta donor, kelompok bantuan dan badan-badan PBB mengambil langkah untuk lebih membantu orang-orang penyandang cacat di pusat-pusat pengungsi.
"Perang Yaman telah ditandai oleh pemboman yang tidak sah, pengungsian dan kelangkaan layanan dasar, membuat banyak orang berjuang untuk bertahan hidup," kata Rawya Rageh, penasihat senior krisis di Amnesty seperti dikutip oleh AFP.
Konflik antara pasukan pemerintah yang didukung Saudi dan pemberontak Huthi yang didukung Iran telah berkecamuk sejak 2015, memicu apa yang oleh PBB disebut sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Amnesty International melaporkan, banyak penyandang cacat yang terpaksa melarikan diri dari kekerasan harus meninggalkan tongkat penyangga (kruk) atau kursi roda mereka dalam kekacauan perang.
Dalam kasus terburuk, adalah para penyandang cacat yang justru ditinggalkan oleh keluarga mereka sewaktu mereka harus melarikan diri dari rumahnya, kata laporan itu.
Laporan yang diterbitkan pada Hari Penyandang Cacat Internasional, mendokumentasikan pengalaman 53 perempuan, laki-laki dan anak-anak dengan tingkat disabilitas yang beragam. [ps/pp]