Agenda umum partai-partai itu adalah "untuk mengganti Netanyahu," kata Dr. Assaf Shapira, Direktur Program Reformasi Politik di Institut Demokrasi Israel.
"Partai-partai seperti Meretz dan Yesh Atid dan Biru dan Putih, Yisrael Beiteinu dan Buruh, tujuan utama mereka dalam beberapa tahun terakhir adalah mengganti Netanyahu," tegasnya.
Shapira berbicara sehari setelah Naftali Bennett, pemimpin partai kecil garis keras Yamina, mengatakan akan berupaya membentuk koalisi yang terdiri dari partai-partai dan anggota parlemen yang menentang Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Pengumuman itu bisa membuka rangkaian langkah yang bisa mendorong Netanyahu dan partai Likudnya yang dominan menjadi oposisi dalam minggu mendatang.
“Yang akan dilakukan Netanyahu adalah berusaha menunda. Ia akan menunda pemungutan suara mosi tidak percaya selama seminggu. Mungkin pemungutan suara itu akan berlangsung Rabu depan. Sementara itu ia akan menekan keras para anggota parlemen khususnya dari partai Yamina, seperti Ayelet Shaked, Matan Kahana, dan Nir Orbach agar tidak mendukung pemerintahan baru," kata Shapira.
Shapira menambahkan persamaan para mitra yang berpotensi melakukan koalisi itu adalah mereka tidak ingin melihat Netanyahu tetap berkuasa.
Sementara Bennett dan mitra barunya, yang dipimpin oleh pemimpin oposisi Yair Lapid, masih menghadapi beberapa kendala, kedua pihak tampaknya serius untuk mencapai kesepakatan dan mengakhiri kebuntuan yang telah menjerumuskan negara itu ke dalam empat pemilu dalam dua tahun terakhir.
Pasangan ini memiliki waktu hingga Rabu (3/6) untuk menyelesaikan kesepakatan di mana masing-masing diperkirakan akan bergantian menjabat perdana menteri selama dua tahun, dengan Bennett menjabat terlebih dahulu.
Bennett, mantan pembantu utama Netanyahu yang pernah menjabat posisi senior dalam Kabinet, memiliki persamaan ideologi garis keras dengan Netanyahu. Ia adalah mantan pemimpin gerakan permukiman di Tepi Barat dan memimpin partai kecil yang basisnya termasuk warga Yahudi yang religius dan nasionalis.
Namun ia memiliki hubungan yang tegang dan rumit dengan Netanyahu yang pernah menjadi mentornya karena perbedaan pribadi.
Bennett mengatakan tidak ada cara yang memungkinkan untuk membentuk pemerintahan sayap kanan yang diinginkan Netanyahu, setelah pemilu 23 Maret yang menemui jalan buntu.
Ia mengatakan hasil pemilihan lain akan sama dan mengatakan sudah waktunya mengakhiri siklus tersebut.
Jika Bennett dan Lapid serta mitra mereka yang lain bisa mencapai kesepakatan, setidaknya untuk saat ini akan mengakhiri, masa jabatan Netanyahu, tokoh paling dominan dalam politik Israel selama lebih dari tiga dekade terakhir.
Netanyahu telah menjabat sebagai perdana menteri selama 12 tahun terakhir dan sebelumnya juga pada akhir 1990-an. [my/ka]