Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Rabu (19/5), menolak seruan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk “menurunkan secara signifikan” pengeboman terhadap militan Hamas di Jalur Gaza dan mengarah pada gencatan senjata bagi bentrokan yang telah berlangsung selama sepuluh hari.
Sebaliknya, Netanyahu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dia “bertekad untuk melanjutkan operasi ini sampai tujuannya tercapai.”
Netanyahu mengatakan dia “sangat menghargai dukungan dari presiden Amerika,” tetapi Israel akan terus maju “untuk mengembalikan ketenangan dan keamanan kepada warga Israel.”
Menurut pejabat kesehatan setempat, pada Rabu (19/5) malam, jumlah korban tewas mencapai 227 di Gaza, termasuk 64 anak-anak. Dua belas orang tewas di Israel.
Israel dan militan Hamas di Jalur Gaza baku serang pada Rabu (19/5), meskipun banyak upaya oleh pihak-pihak regional dan internasional untuk melakukan gencatan senjata, termasuk upaya Biden dalam percakapan keempatnya dengan Netanyahu sejak permusuhan pecah pekan lalu.
Gedung Putih menyatakan bahwa Biden mengatakan kepada pemimpin Israel “dia mengharapkan penurunan yang signifikan hari ini dan menuju gencatan senjata.”
Gedung Putih tidak bersedia mengatakan apa yang akan terjadi jika Israel melanjutkan serangan pembomannya terhadap Gaza.
“Pendekatan kami adalah memastikan bahwa kami melakukan ini secara diam-diam, intensif, dengan cara diplomatik,” kata Gedung Putih.
Pada Rabu (19/5), Pentagon melaporkan bahwa Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin berbicara dengan mitranya dari Israel, Menteri Pertahanan Benny Gantz, untuk hari kedua berturut-turut.
Austin, sambil menegaskan hak Israel untuk membela diri, juga “mengungkapkan kembali keprihatinan yang mendalam atas hilangnya nyawa yang tidak berdosa,” menurut juru bicara Pentagon, John Kirby.
Sementara itu, kepada para diplomat asing, Netanyahu mengatakan, “kami saat ini sedang melakukan tindakan pencegahan sekuat mungkin.”
Pemimpin Israel itu menolak kritik terhadap kampanye udara Israel, dengan mengatakan pasukannya melakukan yang terbaik untuk menghindari korban sipil. Dia mengatakan pasukan Israel berusaha menggunakan “presisi yang tinggi” untuk menanggapi serangan, tetapi mereka tidak dapat mencegah semua kerusakan sebagai akibat samping.
Hamas mulai menembakkan serentetan roket ke Israel pada 10 Mei karena apa yang dikatakannya sebagai pelanggaran hak oleh Israel terhadap warga Palestina di Yerusalem. Warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki Israel dan 21 persen minoritas Arab di Israel melancarkan mogok umum pada hari Selasa sebagai aksi solidaritas dengan Hamas. [lt/em]