Para analis menyatakan penetapan Vietnam sebagai manipulator mata uang oleh AS pada bulan ini akan mendorong pembicaraan antara kedua negara, yang dapat membuat Vietnam membeli lebih banyak produk AS atau mengurangi campur tangan pemerintah dalam penetapan nilai valuta asing.
Penetapan itu terjadi karena Departemen Keuangan AS memutuskan, berdasarkan laporan tengah tahunannya mengenai kebijakan valuta asing dan makroekonomi mitra-mitra dagang utama AS, bahwa Vietnam, juga Swiss, adalah manipulator mata uang. Departemen itu menyatakan bahwa nilai mata uang Vietnam 4,7 persen lebih rendah daripada yang seharusnya pada tahun 2019.
Sewaktu mengumumkan keputusan itu, Departemen Keuangan menyatakan mendapati kebijakan masing-masing negara sepanjang tahun itu hingga Juni setidaknya dimaksudkan antara lain untuk menghindari penyesuaian neraca pembayaran yang efektif dan, bagi Vietnam, “juga untuk mendapatkan keunggulan kompetitif yang tidak adil dalam perdagangan internasional.”
Dalam mengumumkan keputusan itu, Departemen Keuangan menyatakan akan menindaklanjuti laporan tersebut dengan pembicaraan untuk memasukkan langkah-langkah mendesak guna menyelesaikan masalah nilai mata uang yang terlalu rendah.
Vietnam telah meraih surplus perdagangan $ 54,4 miliar pada tahun 2019, hal lain yang menjengkelkan AS.
Bank sentral Vietnam menolak tuduhan AS bahwa negara itu memanipulasi nilai mata uangnya.
Dengan nilai tukar yang rendah, perusahaan-perusahaan Vietnam yang menjual produknya ke AS dapat memperoleh lebih banyak uang dong Vietnam dari dolar yang mereka terima dari pelanggan mereka di AS, sementara eksportir Amerika harus membayar lebih banyak dolar untuk menukarnya dengan dong.
Vietnam dan AS diperkirakan akan mencapai kesepakatan terkait mata uang itu tahun depan, kata dua pakar. Hubungan politik kedua pihak berjalan baik meskipun ada beban lama dari perang mereka yang berakhir pada tahun 1970-an. [uh/ab]