Seorang konsultan yang bekerja untuk Pemerintah Rwanda, Gatete Ruhumuliza, membela rencana Inggris untuk mengirim migran ilegal ke negara Afrika Timur tersebut.
Ruhumuliza, Minggu (7/7), berbicara setelah Perdana Menteri baru Inggris Keir Starmer membatalkan rencana tersebut. Starmer menilai skema Rwanda “mati dan dikubur sebelum dimulai. Ini tidak pernah menjadi efek jera. Malah sebaliknya,” katanya.
Rencana Rwanda merupakan respons Pemerintah Inggris atas meningkatnya jumlah migran dari seluruh dunia yang melintasi Selat Inggris dari Prancis ke Inggris dengan perahu-perahu kecil.
Kebanyakan orang yang datang ke sana mengajukan permohonan suaka. Pada masa lalu, banyak dari permohonan itu dikabulkan.
Pemerintah Partai Konservatif mengatakan para migran tidak boleh diperlakukan sebagai pengungsi sejati karena mereka tidak meminta suaka di negara lain yang aman, seperti Prancis, yang pertama kali mereka datangi.
Organisasi hak asasi manusia dan para pengecam rencana tersebut mengatakan bahwa mengirim migran ke negara yang jaraknya 6.400 km tidak dapat dilaksanakan dan tidak etis. Apalagi mereka tidak ingin tinggal di sana.
Menurut Ruhumuliza, kebijakan tersebut merupakan solusi permasalahan pengungsi di Eropa. Dan dia menambahkan bahwa para pengungsi tidak akan dianiaya. “Yang kita tahu adalah karena kita pernah menjadi pengungsi, kita tidak bisa menganiaya pengungsi.” [ka/ab]
Forum