Angkatan bersenjata Estonia telah meluncurkan operasi angkatan laut untuk melindungi kabel listrik bawah laut Estlink 1 di Laut Baltik sebagai tanggapan atas kerusakan jaringan listrik paralel minggu ini, kata Menteri Luar Negeri Margus Tsahkna, Jumat (27/12).
Finlandia, Kamis (26/12) menyita sebuah kapal yang membawa minyak Rusia. Kapal itu dicurigai merusak empat jaringan internet dan menyebabkan putusnya kabel listrik bawah laut Estlink 2 yang, seperti Estlink 1, menghubungkan Finlandia dan Estonia.
Negara-negara Laut Baltik berada dalam siaga tinggi untuk mengantisiapi tindakan sabotase setelah serangkaian insiden putusnya kabel listrik, jaringan telekomunikasi, dan jaringan pipa gas sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 2022, meskipun peralatan bawah laut juga rentan terhadap kerusakan teknis dan kecelakaan.
Kerusakan pada instalasi bawah laut di wilayah tersebut, kini menjadi lebih sering terjadi, sehingga sulit untuk percaya bahwa hal ini disebabkan hanya oleh kecelakaan atau kesalahan pelayaran, kata Tsahkna, Kamis (26/12).
Penyelidik Finlandia percaya bahwa kapal yang disita, kapal yang terdaftar di Kepulauan Cook, yang diberi nama Eagle S, mungkin telah menyebabkan kerusakan dengan menyeret jangkarnya di sepanjang dasar laut, salah satu dari beberapa insiden semacam itu dalam beberapa tahun terakhir.
"Jika ada ancaman terhadap infrastruktur bawah laut yang penting di wilayah kami, akan ada juga tanggapan," kata Tsahkna di media sosial X.
Pemadaman Estlink 2 berkapasitas 658 megawatt (MW) dimulai pada tengah hari waktu setempat pada Rabu (25/12), yang menyisakan hanya Estlink 1 berkapasitas 358 MW yang beroperasi antara kedua negara, kata operator Fingrid dan Elering.
Penyiar publik Estonia ERR melaporkan pada Jumat bahwa negara Baltik tersebut telah mengirim kapal patroli, Raju, ke perairan tempat Estlink 1 beroperasi, dan bahwa negara tersebut berharap sekutu Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) juga akan mengerahkan kapal ke perairan tersebut. [es/ft]