Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan pada hari Senin (22/5) bahwa negaranya siap mengakui Nagorno-Karabakh sebagai bagian dari Azerbaijan, asalkan keamanan masyarakat etnis Armenia terjamin.
Pashinyan juga mengatakan, penarikan diri Armenia dari CSTO (Organisasi Pakta Keamanan Kolektif) yang didominasi Rusia, masih dalam agenda.
“Saya tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa Republik Armenia akan secara de jure memutuskan untuk mengakhiri atau membekukan keanggotaannya dalam CSTO,” kata Pashinyan.
“Ini hanya akan terjadi apabila kami mencatat bahwa CSTO telah ditarik dari Republik Armenia. Jika itu terjadi, apa boleh buat?,” tambahnya.
Pashinyan telah berulang kali mengkritik apa yang disebutnya sebagai kegagalan CSTO melindungi Armenia sebagai anggota di tengah kebuntuan dengan Azerbaijan terkait isu Nagorno-Karabakh.
Ketegangan antara Armenia dan Azerbaijan melonjak Desember lalu ketika para pengunjuk rasa Azerbaijan yang mengklaim sebagai aktivis lingkungan memblokade rute Lachin, jalan utama yang menghubungkan Armenia dan Nagorno-Karabakah, sehingga menyebabkan 120.000 penduduk Armenia kekurangan pasokan pangan dan kebutuhan dasar lainnya.
Bulan lalu, pengadilan tertinggi PBB memerintahkan Azerbaijan untuk mengizinkan dibukanya kembali arus pergerakan bebas di rute tersebut. Akan tetapi, situasinya tetap tegang.
Nagorno-Karabakh terletak di dalam wilayah Azerbaijan, tetapi berada di bawah kendali pasukan etnis Armenia yang disokong oleh Armenia sejak perang separatis di sana berakhir pada 1994.
Pada 2020, tentara Azerbaijan mengalahkan pasukan Armenia dalam pertempuran enam minggu, yang berakhir dengan perjanjian damai yang dimediasi Rusia. Berdasar perjanjian itu, Azerbaijan diizinkan mengambil sebagian besar wilayah Nagorno-Karabakh dan merebut kembali daerah sekitar yang selama hampir dua dekade terakhir dikuasai Armenia. [rd/ka]
Forum