Amerika Serikat akan menghentikan penjualan peluru-peluru kendali kepada Saudi Arabia, kata pejabat AS, menanggapi keprihatinan atas praktik-praktik militer yang dijalankan Saudi dalam perang saudara di Yaman, yang mengakibatkan kematian ribuan warga sipil.
Kata pejabat itu, pemerintahan Presiden Barack Obama telah membatalkan penjualan “bom-bom pintar” yang dijatuhkan dari pesawat udara kepada negara sekutu Amerika itu.
“Itu jelas mencerminkan keprihatinan kami tentang serangan-serangan yang dilancarkan Saudi Arabia yang menewaskan banyak warga sipil,” kata pejabat yang tidak mau disebut namanya itu.
Selain membatalkan penjualan “bom-bom pintar” dan peluru kendali, Amerika akan mengubah caranya melatih pilot-pilot angkatan udara Saudi supaya mereka lebih pandai dalam menarget sasaran.
Berbagai keputusan itu bisa tambah menegangkan hubungan antara Amerika dan Saudi di saat Presiden terpilih Donald Trump sedang bersiap-siap untuk mengambil-alih kendali kekuasaan.
Kantor Hak Asasi Manusia PBB mengatakan, koalisi pimpinan Saudi Arabia di Yaman bertanggung jawab atas 60 persen dari 3.800 korban sipil yang jatuh sejak bulan Maret tahun ini.
Sejumlah kelompok HAM mengecam pemerintah Amerika karena mendukung perang pimpinan Saudi itu dengan penjualan senjata dan membantu pengisian bahan bakar jet-jet tempur Saudi. Juga dikatakan, serangan-serangan yang dilancarkan atas klinik, pabrik, pasar dan sekolah-sekolah merupakan kejahatan perang.
Pemerintah Saudi membantah melakukan serangan-serangan itu, atau mengatakan kehadiran para pemberontak di kawasan-kawasan tertentu lah yang mendorong serangan-serangan tadi.
Sejak campur tangan dalam perang saudara di Yaman, koalisi pimpinan Saudi itu telah melancarkan ribuan serangan udara atas kelompok Houthi, yang katanya bersekutu dengan Iran. Lebih dari 10.000 orang tewas terbunuh dalam perang yang telah berlangsung 20 bulan di Yaman, negara paling miskin di Timur Tengah. [isa/sp]