Wakil Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengakhiri kunjungan ke tiga negara di Teluk – yaitu Oman, Kuwait dan Qatar – ketika Penasihat Keamanan Nasional Amerika John Bolton memulai lawatan diplomatik ke Uni Emirat Arab. Geliat diplomatik itu berlangsung hanya beberapa jam sebelum Arab Saudi menyelenggarakan KTT Arab, Teluk, dan Islam di Mekkah guna membahas peningkatan ketegangan dengan Iran.
Ketika sedang dilangsungkan persiapan pelaksanaan tiga KTT bersejarah di Mekkah, hari Kamis ini (30/5), Iran, Amerika dan sekutu-sekutunya di Arab melakukan geliat diplomatik menjelang KTT tersebut. Lima puluh tujuh negara dijadwalkan akan menghadiri KTT yang bertepatan dengan pertemuan Dewan Kerjasama Teluk dan KTT Arab yang lebih kecil.
Pada saat bersamaan, Kepala Dewan Keamanan Nasional John Bolton, dalam lawatan ke Uni Emirat Arab hari Rabu (29/5) mengatakan kepada wartawan bahwa “hampir pasti bahwa Iran berada di balik” sejumlah serangan baru-baru ini terhadap empat kapal di lepas pantai kota Fujairah, di Uni Emirat Arab.
Bolton juga menuduh Iran telah melancarkan serangan yang gagal terhadap pelabuhan minyak Yanbah di Arab Saudi. Secara terpisah Bolton mengingatkan Panglima Garda Revolusioner Iran Qassem Soleimani untuk tidak menggunakan milisi proxy Syiah untuk menyerang kepentingan-kepentingan Amerika di Irak.
Iran menolak bertanggungjawab terhadap serangan di Fujairah. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Moussavi menyebut tuduhan Bolton itu “konyol.” Sementara Wakil Menteri Luar Negeri Abbas Arakji mengatakan kepada negara-negara Arab pada akhir kunjungannya ke Oman, Kuwait dan Qatar hari Selasa (28/5) bahwa Iran “siap menandatangani perjanjian keamanan” dengan negara-negara tetangganya di Teluk.
Dalam lawatan ke Irak awal minggu ini, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menyerukan kepada negara-negara Teluk untuk menandatangani perjanjian keamanan dengan Iran.
Hilal Khashan, pakar politik di American University di Beirut, mengatakan kepada VOA bahwa Iran telah menyampaikan tawaran serupa untuk mencapai perjanjian keamanan dengan negara-negara Teluk itu di masa lalu, tetapi gagal.
“Tidak ada yang baru dengan pengumuman Iran itu. Iran telah sejak lama berupaya menjangkau negara-negara Arab, terutama Arab Saudi, dan telah mencapai semacam pemahaman. Saya kira KTT di Mekkah ini tidak akan menimbulkan dampak. Isu sesungguhnya bukan soal Arab Saudi dan Iran, tetapi antara Amerika dan Iran,” kata Hilal.
November lalu pemerintah Trump telah kembali memberlakukan berbagai sanksi ekonomi, dengan harapan Iran akan setuju untuk mengikuti perundingan baru. Tetapi pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei telah berulangkali menolak mengikuti perundingan baru, meskipun sejumlah pemimpin politik telah membuka diri untuk melakukan perundingan kembali dengan Amerika. (em)