Washington telah menegakkan beragam pembatasan terhadap kemampuan salah satu pembuat perlengkapan telekomunikasi asal China, ZTE Corp., untuk menggunakan komponen-komponen buatan Amerika setelah menyimpulkan bahwa perusahaan milik negara tersebut secara tidak semestinya telah mengekspor teknologi AS ke Iran.
Sanksi yang berlaku mulai hari Selasa (8/3) dijatuhkan setelah ZTE diketahui “bertindak melawan keamanan nasional atau kepentingan kebijakan luar negeri” Amerika Serikat, demikian pernyataan dari Departemen Perdagangan AS. Departemen tersebut merilis dokumen yang menurut mereka menunjukkan ZTE telah membentuk perusahaan-perusahaan tempurung untuk menghindari kontrol dari pihak AS terhadap ekspor teknologi tinggi ke Iran.
Pemerintah China menyatakan mereka menentang tindakan AS. Kementerian Perdagangan China menyatakan pembelian barang-barang berteknologi oleh ZTE membantu untuk mendukung puluhan ribu lapangan kerja di AS dan memperingatkan sanksi yang dijatuhkan akan mengganggu ketersediaan lapangan kerja.
“Kami pikir ini bukanlah pendekatan yang tepat,” Menlu China, Wang Yi, berujar pada konferensi pers hari Selasa pada saat penyelenggaraan pertemuan nasional badan legislatif China. “Pendekatan ini hanya akan merugikan pihak-pihak lain tanpa membawa manfaat bagi diri sendiri.”
Dalam pernyataan tertulis, ZTE berjanji untuk bekerja sama dengan otoritas AS.
“ZTE berkomitmen penuh untuk mematuhi undang-undang dan peraturan dalam juridiksi dimana perusahaan beroperasi. ZTE telah bekerjasama, akan terus bekerjasama dan berkomunikasi dengan semua badan-badan pemerintah AS sebagaimana diwajibkan. Perusahaan bertindak cepat untuk memecahkan masalah ini,” demikian pernyataan dari perusahaan tersebut.
Konflik ini mencerminkan rumitnya ikatan antara AS dan perusahaan teknologi asal China meskipun adanya keprihatinan Washington dalam berbagi pengetahuan mengenai seluk beluk teknologi maju dengan China.
Sebagian besar telepon pintar dan komputer pribadi yang ada di dunia ini dirakit di China. ZTE dan perusahaan-perusahaan China lainnya mengembangkan teknologi mereka sendiri namun masih sangat mengandalkan para pemasok dari negara Barat untuk chipset dan komponen-komponen lainnya.
ZTE dan tiga entitas lainnya, salah satunya di Iran, “teridentifikasi dalam skema yang dikembangkan oleh ZTE Corp. untuk mengekspor ulang barang-barang yang berada di bawah pengawasan ke Iran yang bertentangan dengan hukum AS,” demikian pengumuman dari Departemen Perdagangan.
Departemen Perdagangan menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut akan menghadapi syarat-syarat tambahan apabila mereka mengajukan permohonan untuk mendapatkan lisensi ekspor teknologi AS dan tidak memberikan indikasi apapun apabila izin tersebut akan dikabulkan.
Dua dokumen yang dirilis oleh departmen tersebut menjelaskan “model (bisnis) terpisah” dan pendirian “perusahaan (tempurung) terpisah” untuk menangani penjualan ke Iran produk-produk yang tercakup dalam embargo perdagangan AS. Dokumen-dokumen tersebut diberi tanda “Sangat-Sangat Rahasia.” Departemen Perdagangan tidak mengungkapkan bagaimana mereka mendapatkannya.
Sanksi ini mengancam untuk mengganggu penjualan oleh para pemasok teknologi di AS seperti Intel Corp. dan Qualcomm Technologies, Inc. Mereka menerima pemasukan milyaran dollar per tahun dari penjualan chip, pembayaran lisensi, dan penerimaan lain dari para pelanggan mereka di China.
Intel “masih menimbang-nimbang tentang dampak yang mungkin ditimbulkannya,” juru bicara perusahaan, Will Moss, menyatakan dalam sebuah surat elektronik.
Didirikan pada tahun 1985 sebagai Zhongxing Semiconductor Co. Ltd., ZTE telah menjadi salah satu produsen terbesar di dunia untuk network switching gear dan produk-produk telekomunikasi lainnya. Perusahaan tersebut merakit telpon pintar untuk perusahaan-perusahaan lainnya dan telah meluncurkan merk nya sendiri.
Di tahun 2014, tahun terbaru dimana perusahaan tersebut telah melaporkan, ZTE menerima keuntungan 2,6 milyar yuan ($ 400 juta) dari pendapatan sebesar 81,5 milyar yuan ($ 12,5 milyar).
Otoritas AS sebelumnya mengidentifikasi ZTE kemungkinan akan menjadi ancaman keamanan.
Pada tahun 2012, sebuah panel kongres mengatakan bahwa perusahaan tersebut bersama dengan perusahaan pesaing yang juga berasal dari China, Huawei Technologies Inc. berpotensi menjadi ancaman keamanan dan warga AS harus menghindari untuk berbisnis dengan mereka. [ww]